Bahagia itu tak usah dicari cukup dengan hal-hal sederhana. Saya bahagia jika masih bisa menikmati Indomie kuah di tengah hujan yang turun. Terkesan sederhana sekali akan tetapi saat saya sakit hal tersebut tidak bisa dilakukan.Â
Tak usah berharap bahagia jika kita memiliki banyak harta, atau memiliki koleksi barang berharga layaknya artis. Jangan terlampau sibuk membuat target untuk sukses di usia muda lalu bekerja keras tak kenal waktu. Bukankah kita tak tahu kapan ajal menjemput? Atau jangan sampai uang hasil kerja keras malah dihabiskan untuk membiayai pengobatan di masa tua. Jika bukan sekarang bahagia kapan lagi?Â
Menulis juga bisa membuat bahagia.Â
Awalnya saya menulis sebagai pelarian diri dari quarter life crisis dan juga untuk memperoleh cuan. Saya memang beberapa kali memperoleh k reward dari kompasiana namun, ternyata menulis membuat saya ketagihan karena lebih bahagia.Â
Saya yang dulu sering sekali membuka media sosial pelan-pelan mulai malas membuka media sosial. Media sosial disadari atau tidak sering membuat kita sibuk membandingkan hidup dengan orang lain. Padahal bunga dalam satu pohon saja tak mekar bersamaan.Â
Menulis juga menumbuhkan kembali minat saya dalam literasi. Dulu jika sedang ada rezeki berlebih saya akan memilih untuk membeli baju namun, sekarang uang tersebut akan saya alokasikan untuk membeli buku.Â
Tentunya membuat hidup lebih minimalis dan mengurangi sampah. Selain itu, menulis adalah pencapaian karena tidak semua orang pintar bisa menulis. Selamat menulis bagi kompasianer semua, mohon maaf jika ada kesalahan dalam tulisan singkat ini.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H