Mohon tunggu...
Irhamna  Mjamil
Irhamna Mjamil Mohon Tunggu... Apoteker - A learner

Pharmacist | Skincare Enthusiast | Writer Saya bisa dihubungi melalui email : irhamnamjamil@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Buku, Si Penambah Ilmu yang Menemaniku Saat Pandemi dan Quarter Life Crisis

3 Mei 2021   16:55 Diperbarui: 3 Mei 2021   17:01 498
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Membaca buku, Foto oleh Thought Catalog dari Pexels

If you only read the books that everyone else is reading, you can only think what everyone else is thinking." --- Haruki Murakami

Perjalanan hidup saat pandemi membuatku berteman kembali dengan buku. Berkat buku, aku tahu jika aku sedang mengalami fase quarter life crisis. Dilansir dari satupersen.net, quarter life crisis adalah proses pencarian jati diri yang biasanya terjadi pada umur 25-30 tahun. Orang yang mengalami fase ini akan kebingungan tentang hidupnya serta mulai mencemaskan masa depan. 

Salah satu tanda dari seseorang yang mengalami fase ini adalah minder saat melihat orang lain di media sosial. Contoh, aku minder saat melihat teman-teman di media sosial yang memposting pekerjaannya. Rasa minder membuatku menarik diri dari lingkungan sekitar. 

Banyaknya waktu luang karena tidak bekerja membuat aku sering membaca buku. Dari membaca mengingatkan akan kenangan masa lalu. Dulu aku suka sekali ke rumah tetangga untuk sekedar membaca majalah. Aku juga antusias membaca koran bekas yang dibawa pulang ayah seusai bekerja. Saat fase quarter life crisis, buku adalah teman setia yang menemaniku. Membaca buku adalah self healing yang tepat bagiku dan mulai belajar mencintai diri sendiri.

Saat dunia masih dilanda pandemi, membuat banyak orang tak bisa berlama-lama ke luar rumah, buku adalah teman yang setia menemani perjalanan adaptasiku. Ya, perjalanan adaptasi terhadap diri sendiri dan dunia yang sedang tak baik-baik saja. Beruntungnya toko buku Gramedia sudah ada di Aceh sehingga, aku sering berbelanja di sana. Selain itu, adanya gramedia.com mempermudah saat takut untuk keluar rumah  Tentu ada banyak buku yang aku baca selama proses self healing tersebut. Di balik banyaknya buku dibaca, ada 3 buku yang paling berpengaruh dalam perjalananku melewati quarter life crisis dan pandemi, yaitu :

1. Boys Beyond the Light. 

img20210503154127-608fb768edb24b25ad280bb2.jpg
img20210503154127-608fb768edb24b25ad280bb2.jpg
Boys Beyond the Light, sumber gambar : dokumen pribadi

Penulis : Astrid Tito dan T Akbar Maulana

Tahun Terbit : 2016

Membaca buku ini berawal dari cerita kakak sepupu yang mengatakan jika penulis di buku ini salah satunya adalah orang Aceh. Buku ini mengambil sisi lain dari stereotip yang melekat tentang Islam, dimana Islam sering kali dianggap erat kaitannya dengan teroris.

Abay, seorang penghafal Al-Qur'an yang terjebak di Suriah. Ia terjebak dengan iming-iming jihad untuk agama Islam. Ada juga Bagas, seorang putra konglomerat yang bosan dengan hidupnya. Ia ingin hidup lebih menantang dan bermanfaat bagi agama. Hidup yang dirasa hampa membuatnya terbang ke Suriah untuk berperang. Galih, adik Bagas yang terjebak karena ingin pergi bersama abangnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun