Ramadhan datang lagi di kala pandemi belum juga usai. Tak ada yang menyangka jika ramadhan tahun lalu dan tahun ini banyak yang tak bisa mudik ke kampung halaman. Kemeriahan ramadhan dua tahun belakangan ini juga berkurang dikarenakan pandemi.Â
Selain itu angka kemiskinan juga meningkat karena banyak orang yang kehilangan pekerjaan. Di kampung halaman saya, setiap bulan puasa biasanya ramai pedagang yang menjajakan makanan dan minuman di pinggir jalan.Â
Dua tahun belakangan pedagang musiman ini tak sebanyak biasanya. Faktor ekonomi salah satu alasannya.Â
Tahun ini meskipun pemerintah masih melarang mudik namun, ada beberapa ibadah di bulan puasa yang diperbolehkan.Â
Tarawih yang dulu dilakukan di rumah masing-masing kini boleh dilakukan di mesjid. Di tahun lalu buka puasa bersama dilarang kini diperbolehkan. Tentunya dengan satu syarat tetap mematuhi protokol kesehatan.Â
Menjalani ramadhan kedua di tengah pandemi. Tentu ada banyak pembelajaran dari ramadhan di tahun sebelumnya. Apa sajakah itu?Â
1. Kesehatan dan kebersihan lebih diperhatikan.Â
Dulu handsanitizer adalah barang yang tak terlalu dipedulikan orang. Bahkan tak jarang hanya menjadi pajangan di banyak supermarket. Ketika awal pandemi melanda dunia, barang tersebut langka dan harganya menjadi 10x lipat.Â
Begitu pula dengan sabun cuci tangan, dulu mah boro-boro kalau makan cuci tangan dulu. Kalau sudah lapar langsung bismillah saja. Pelajaran pertama dari ramadhan di tengah pandemi adalah kesehatan dan kebersihan sangat diperhatikan.Â
Sholat tarawih di mesjid pun menggunakan mukena dan sajadah yang ketika pulang dari mesjid langsung menyemprotnya dengan desinfektan.Â