2. Buktikan dengan PrestasiÂ
Masih ingat dengan kasus Susi Pudjiastuti yang sering dihina terkait gender dan pendidikannya yang tidak sarjana? Hinaan boleh saja dilontarkan akan tetapi Susi tetap menjalankan tugasnya sebagai seorang menteri. Seiring dengan berjalannya waktu dan prestasinya, publik mulai mengakui kemampuannya dalam mengelola ikan dan laut di Indonesia.Â
Kasus serupa dengan Susi pasti sering terjadi hanya saja perempuan lebih banyak yang let it go aja. Padahal menurut Cornelius (2005), glass ceiling dapat diminimalkan dengan capabilities theory. Salah satu hal utama dalam teori ini adalah kesiapan perempuan bertindak dan kemampuan yang dimilikinya.Â
Perempuan dapat membuktikan kemampuan dengan prestasi yang diperoleh. Contohnya, seorang content writer dapat membuktikannya dengan portofolio yang ia punya sehingga, ia akan lebih dilirik tanpa memperhatikan gender.Â
3. Bangun NetworkingÂ
Ada satu meme di media sosial yaitu cara mudah mendapatkan kerja adalah dengan orang dalam. Kalimat ini bisa jadi benar bisa jadi juga salah. Di dalam dunia kerja tak ada istilah bekerja sendiri hingga sukses.Â
Membangun networking sangat penting dalam perkembangan karir ke depan. Bisa jadi informasi yang kita butuhkan berasal dari salah satu relasi. Semakin banyak relasi maka akan semakin besar peluang perempuan untuk memperjuangkan karir.Â
Selain itu, peluang untuk membangun bisnis atau karir baru juga terbuka lebar. Adanya media sosial juga dapat mempermudah perempuan membangun networking.Â
4. Terus BelajarÂ
Penelitian yang dilakukan oleh Laksanti et al., (2017) juga mengemukakan bahwa karena kesibukannya banyak perempuan yang tak sempat untuk belajar hal baru. Dalam hal ini terutama mempelajari communication skill yang sangat berguna bagi perkembangan karir.Â
Perempuan yang terus belajar hal baru dapat memberikan dampak yang positif bagi perusahaan. Selain itu perempuan juga dapat lebih kreatif dan memberikan ide inovatif terhadap perusahaan. Hal ini tentu saja menaikkan nilai value di mata perusahaan.