Mohon tunggu...
Irhamna  Mjamil
Irhamna Mjamil Mohon Tunggu... Apoteker - A learner

Pharmacist | Skincare Enthusiast | Writer Saya bisa dihubungi melalui email : irhamnamjamil@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Toxic Positivity, Saat Ucapan Semangat Berubah Menjadi Depresi

16 Maret 2021   21:54 Diperbarui: 16 Maret 2021   22:08 408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kedua, merasa bersalah terhadap perasaan yang dirasakan. Pasti pernah bukan setelah meluapkan emosi kita merasa bersalah karena telah marah atau sedih. Padahal setiap emosi punya porsinya masing-masing untuk dikeluarkan. 

Ketiga, berusaha menghilangkan rasa sedih dengan quotes atau pernyataan yang positif. 

Keempat, mencoba memberi saran kepada seseorang jika ia marah atau sedih maka masalah yang dihadapinya akan menjadi lebih buruk. Terkadang seseorang hanya ingin meluapkan emosinya akan permasalahan yang ia hadapi. 

Kelima, mempermalukan seseorang yang mengekspresikan perasaan negatifnya. Kasus ini pasti sering terjadi bukan di masyarakat. Tak jarang kita mengolok seseorang yang ketahuan menangis di depan kita. 

Toxic positivity berbahaya bagi kesehatan mental karena dapat membuat emosi yang terpendam menjadi depresi. Emosi yang berusaha untuk ditekan atau disembunyikan akan membuat seseorang lebih gampang cemas. Sejatinya emosi memiliki perannya masing-masing untuk mengatur sehatnya mental seseorang. 

Toxic positivity juga membuat orang malas untuk menceritakan masalah yang dihadapinya. Alasannya karena bukannya rasa empati yang didapat malah terkesan meremehkan. Sehingga korban dari toxic positivity ini cenderung lebih menyendiri. 

Menunjukkan sikap empati terhadap orang lain adalah berhenti menyarankan untuk bersikap positif. Kalimat tersebut bisa diganti dengan "Gak papa kok kalau mau nangis, nangis aja" atau "Aku dengerin dan mencoba paham terhadap situasi yang sedang kamu hadapi" . 

Caranya terhindar dari toxic positivity adalah dengan tidak menyembunyikan emosi yang sedang dirasakan. Jika sedang marah, marah saja. Jika sedang sedih dan kecewa juga luapkan saja. Manusia memiliki emosi dan wajib untuk disyukuri. Kalau kata drama Korea "Its okay to not be okay". 

Cara lainnya yaitu dengan memilih teman curhat yang tepat. Cara ini membuat kita lebih rileks dan tidak bingung dengan banyaknya pendapat dari banyak orang. Apapun itu mari berhenti untuk menyuruh seseorang selalu berpikir positif. Karena manusia punya emosi negatif juga positif. Semangat!

Referensi: sa dua 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun