Kedua, merasa bersalah terhadap perasaan yang dirasakan. Pasti pernah bukan setelah meluapkan emosi kita merasa bersalah karena telah marah atau sedih. Padahal setiap emosi punya porsinya masing-masing untuk dikeluarkan.Â
Ketiga, berusaha menghilangkan rasa sedih dengan quotes atau pernyataan yang positif.Â
Keempat, mencoba memberi saran kepada seseorang jika ia marah atau sedih maka masalah yang dihadapinya akan menjadi lebih buruk. Terkadang seseorang hanya ingin meluapkan emosinya akan permasalahan yang ia hadapi.Â
Kelima, mempermalukan seseorang yang mengekspresikan perasaan negatifnya. Kasus ini pasti sering terjadi bukan di masyarakat. Tak jarang kita mengolok seseorang yang ketahuan menangis di depan kita.Â
Toxic positivity berbahaya bagi kesehatan mental karena dapat membuat emosi yang terpendam menjadi depresi. Emosi yang berusaha untuk ditekan atau disembunyikan akan membuat seseorang lebih gampang cemas. Sejatinya emosi memiliki perannya masing-masing untuk mengatur sehatnya mental seseorang.Â
Toxic positivity juga membuat orang malas untuk menceritakan masalah yang dihadapinya. Alasannya karena bukannya rasa empati yang didapat malah terkesan meremehkan. Sehingga korban dari toxic positivity ini cenderung lebih menyendiri.Â
Menunjukkan sikap empati terhadap orang lain adalah berhenti menyarankan untuk bersikap positif. Kalimat tersebut bisa diganti dengan "Gak papa kok kalau mau nangis, nangis aja" atau "Aku dengerin dan mencoba paham terhadap situasi yang sedang kamu hadapi" .Â
Caranya terhindar dari toxic positivity adalah dengan tidak menyembunyikan emosi yang sedang dirasakan. Jika sedang marah, marah saja. Jika sedang sedih dan kecewa juga luapkan saja. Manusia memiliki emosi dan wajib untuk disyukuri. Kalau kata drama Korea "Its okay to not be okay".Â
Cara lainnya yaitu dengan memilih teman curhat yang tepat. Cara ini membuat kita lebih rileks dan tidak bingung dengan banyaknya pendapat dari banyak orang. Apapun itu mari berhenti untuk menyuruh seseorang selalu berpikir positif. Karena manusia punya emosi negatif juga positif. Semangat!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H