Pandemi covid-19 yang melanda dunia mengakibatkan banyak orang kehilangan pekerjaan dan angka kemiskinan naik. Anak-anak pun tak dapat melaksanakan proses pembelajaran secara tatap muka. Imbasnya banyak dari mereka yang sering berjumpa dengan pacarnya dan memutuskan untuk menikah.Â
Dikutip dari laman bbc.com, ratusan pernikahan dini terjadi selama pandemi. Selain sering berjumpa pacar, banyak juga yang menikah karena faktor ekonomi. Banyak orangtua yang kehilangan pekerjaan akhirnya memaksa anaknya untuk menikah. Selain itu, ada yang tidak bisa bersekolah dan tidak memiliki dana untuk membeli gadget sehingga, ketika ada yang meminta untuk nikah anak tersebut langsung dinikahkan.Â
Lantas apa pernikahan dini menjadi solusi dari masalah yang dihadapi ?Â
Faktanya menikah di bawah umur 19 tahun rentan mengalami banyak masalah termasuk penceraian. Dari sisi psikologis, banyak anak yang belum siap menikah sehingga emosinya belum stabil. Selain itu, angka kekerasan dalam rumah tangga juga lebih sering terjadi. Data di lapangan menyebutkan bahwa banyak anak perempuan yang menyesal memutuskan untuk menikah dini. Organ reproduksi juga belum berkembang sempurna sehingga besar kemungkinan anak yang dilahirkan mengalami masalah akan rendahnya kualitas gizi, cacat bawaan, dan sebagainya.
Embel-Embel Menghindari ZinaÂ
Di Indonesia isu agama sangat mudah digiring dengan keperluan tertentu. Contohnya, kasus poligami. Banyak dari lelaki yang memutuskan untuk berpoligami karena disunahkan oleh agama Islam. Sayangnya tak banyak yang memahami sunah tersebut dengan benar-benar. Poligami dapat dilaksanakan dengan syarat harus dapat berlaku adil, dan hanya orang dengan ilmu agama yang luas yang mampu menjalaninya.Â
Pernikahan dini juga sering dikaitkan untuk menghindari zina. Padahal banyak cara yang dapat dilakukan untuk menghindari zina, salah satunya adalah menanamkan nilai-nilai agama kepada anak sejak dini.Â
Anak-anak yang ditanamkan agama sejak dini memiliki benteng dalam berbuat hal-hal yang tidak sesuai dengan nilai-nilai norma. Pendekatan keluarga juga dianggap mampu membentengi anak-anak untuk membuat hal yang tidak diinginkan. Justru sebaliknya, anak-anak yang tidak dekat dengan keluarga cenderung lebih gampang stress.Â
Imbasnya akan berdampak pada sikap sang anak yang agresif dan kasar. Banyak juga yang melarikan diri ke hal-hal yang tidak diinginkan seperti sex bebas, minuman beralkohol, judi, danlainsebagainya.
Pola Pikir yang KonservatifÂ
Pasti banyak yang tidak asing dengan kalimat "perempuan itu tugasnya hanya dapur, kamar, dan sumur". Kalimat yang menggambarkan masih banyak orang tua yang memiliki pola pikir konservatif tentang tugas seorang perempuan.Â