Mohon tunggu...
Irhamna  Mjamil
Irhamna Mjamil Mohon Tunggu... Apoteker - A learner

Pharmacist | Skincare Enthusiast | Writer Saya bisa dihubungi melalui email : irhamnamjamil@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Hidup di Bumi Serambi Mekkah

11 Februari 2021   19:38 Diperbarui: 11 Februari 2021   19:39 482
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by novian_altelucav via instagram.com/novian_altelucav

Sekian banyak pertanyaan yang datang kepadaku saat ke luar daerah yaitu 

" Rasanya hidup di Aceh gimana ?" 

" Di Aceh wajib pakai jilbab ya? Non muslim juga?" 

"Ada gereja gak sih di Aceh?" 

Hidup di Bumi Serambi Mekkah 

Bagaimana rasanya hidup di bumi Serambi Mekkah? Rasanya sama saja seperti kalian hidup di kota lain di Indonesia. Perbedaannya hanya di sini lebih banyak perempuan yang mengenakan jilbab. Lebih banyak bukan berarti tak ada. 

Di pusat ibukota Aceh, Banda Aceh ada satu kawasan dimana penghuninya lebih banyak etnis Tionghoa dan non muslim. Mereka bebas kok tidak memakai jilbab dengan syarat pakaian yang dikenakan masih sopan.

Kegiatan di siang hari juga sama seperti yang lainnya. Bekerja dari pagi hingga sore bagi karyawan kantoran, yang masih bersekolah juga melakukan kegiatan seperti biasanya. Di malam hari, banyak masyarakat yang melepas penat dengan duduk di cafe atau warung kopi. Cafe, warung kopi, ada yang buka hingga 24 jam. 

Aceh sendiri memiliki hukum sendiri yang diberi nama "Qanun". Qanun sendiri adalah peraturan daerah khusus Aceh dan hanya berlaku bagi masyarakat Aceh yang beragama Islam. Seperti aturan memakai jilbab hanya berlaku bagi muslim. 

Ada 2 mall di Banda Aceh, ibukota Aceh. Gerai fast food juga tersedia, begitu pula dengan supermarket. Pantai di Aceh bisa diakses hanya kurang lebih 30 menit perjalanan dari kota Banda Aceh. Oleh karena itu, banyak dari masyarakat yang lebih memilih menghabiskan waktu di pantai dibandingkan di mall. 

Pantai Lampuuk sumber dokpri
Pantai Lampuuk sumber dokpri

Hidup di Aceh sama saja seperti hidup di kota lainnya namun, akan sangat berbeda ketika bulan Ramadhan tiba. Di bulan Ramadhan semua warung makanan tidak boleh buka di siang hari. Semua warung makanan boleh dibuka ketika sore hari saat menjelang waktu berbuka puasa. 

Di malam hari bulan Ramadhan tak ada kegiatan yang dilakukan antara sholat isya hingga sholat tarawih. Oleh karena itu, toko dan mall baru dibuka setelah selesai sholat tarawih dengan jam operasional lebih panjang.

Gereja, Vihara, dan Kuil juga Ada 

Daerah yang disebut dengan negeri seribu satu mesjid ini juga memiliki tempat ibadah penganut agama lain. Di pusat kota Banda Aceh terdapat 4 gereja. Di daerah lain di Aceh juga terdapat gereja salah satunya Lhokseumawe.

Vihara sebagai tempat peribadatan umat Buddha juga berdiri megah di pusat kota. Ada empat vihara yang ada di sana yaitu Vihara Dharma Bhakti, Maitri, Dwi Samudera dan Sakyamuni. Vihara Dharma Bhakti bahkan sudah berdiri sejak tahun 1878. 

Dahulu ketika masa kerajaan Sultan Iskandar Muda, hubungan antara Aceh dan pedagang China telah terjalin dengan baik. Banyak dari pedagang China yang silih berganti datang ke Aceh. Sebagian dari mereka ada yang memilih untuk menetap di Aceh sehingga dibangunlah vihara. Hingga kini kawasan mereka tinggal disebut dengan China Town Aceh.

Lain hal dengan umat Hindu, kuil juga terdapat di sini. Kuil Palani Andawer dibangun pada tahun 1934. Kuil ini dibangun oleh pemeluk agama Hindu yang ada di Aceh. Saat tsunami tahun 2004 silam, bangunan ini pernah hancur dihantam ombak tsunami. 

Bangunan tersebut dibangun kembali oleh pemerintah Aceh. Sejak tahun 2013, setiap tahunnya diadakan upacara Thaipusam di kuil ini. Kuil ini menambah bukti adanya keberagaman di negeri dengan mayoritas penduduk beragama Islam. 

Pemberitaan Media yang Berlebihan 

Sama seperti Bali yang pernah dikejam karena aturan tidak boleh memakai jilbab yang faktanya adalah kesalahpahaman. Aceh juga sering diberitakan media karena dianggap diskriminasi terhadap minoritas. 

Aceh pernah dikejam karena melakukan hukum cambuk terhadap warga non muslim. Warga tersebut dihukum karena menjual minuman keras. Namun, saat itu ia lebih memilih untuk dihukum dengan cambuk dibandingkan dengan kurungan penjara. Ia lebih memilih hukuman cambuk karena lebih cepat dibandingkan dengan kurungan penjara.

Jadi bagaimana masih takut untuk datang ke Aceh? 

Referensi : 

Tetap Semangat 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun