Bagiku perempuan terbaik yang pernah ada di hidup adalah ibuku.
 Ibu sekolah pertamaku adalah kalimat yang tepat untuk menggambarkan betapa pentingnya figur seorang ibu. Dulu saat masih kecil aku kira tugas seorang ibu hanya menyiapkan makanan dan membersihkan rumah. Namun, pemikiran itu berubah saat aku kelas 6 SD. Ada banyak kejadian yang membuatku berpikir bahwa tugas seorang ibu jauh lebih besar.
 Ibu mendidik anak-anaknya tak kenal lelah dari masih di kandungan hingga beranjak dewasa. Aku sangat setuju jika perempuan harus sekolah setinggi-tingginya. Karena perempuan akan menjadi ibu dan mendidik anaknya. Brigham Young, sang musa Amerika pernah berkata "you educate a man, you educate a man but you educate a woman you educate a generation". Ibu adalah penentu generasi masa depan. Jadi tidak salah bukan jika anak yang hebat adalah cerminan dari ibu hebat?
 Saat kuliah aku pernah berdiskusi dengan seorang profesor tentang kehebatan seorang ibu. Beliau berkata saat Rusia mengalami arus komunis yang sangat kuat dan kebebasan memeluk agama haram hukumnya, termasuk Islam. Maka ibu yang beragama Islam di Rusia mengajarkan anaknya nilai-nilai agama dari rumah mereka dan menyembunyikannya saat keluar. Sehingga agama Islam tetap berkembang meskipun secara diam-diam. Berkat ibu-ibu tersebut kini agama Islam menjadi agama dengan pemeluk terbesar kedua di Rusia setelah Kristen Ortodoks.
 Aku juga hasil didikan dari ibuku. Ibu mengajarkan nilai-nilai moral yang tak mampu kebeli dari kursus manapun. Meskipun tak mengenyam titel sarjana namun, ibu mempunyai sikap baik yang harus kucontoh. Ada 4 sikap baik yang aku pelajari dari ibu.
1. Bersyukur
  Ibu yang terlahir dari keluarga kaya raya menikahi ayah dengan latar belakang keluarga pas-pasan. Saat aku masih SD, pendapatan ayah sebagai guru hanya 1 juta membuat hidup kami pas-pasan. Namun, ibu tak pernah mengeluh meskipun kehidupannya berbeda saat dengan orangtuanya.
   Aku masih ingat saat kelas 3 SD pulang dari sekolah dengan menangis. Alasannya karena teman-teman sekelas banyak yang sudah punya kotak pensil bertingkat. Sementara kotak pensilku masih model lama . Alih-alih memarahi ataupun mengabulkan keinginan. Ibu malah berkata dalam bahasa Aceh "Tanyoe wajeb tasyukur ateuh mandum nikmat yang Tuhan bie. Karena, ureung laen untuk pajoh mantoeng susah, neuk" (Kita wajib bersyukur atas nikmat yang telah Tuhan beri, orang lain untuk makan aja susah, nak).
   Anak SD diberi nasehat seperti itu tentu tak mengerti. Aku hanya masuk kamar dan marah seharian. Seiring berjalannya waktu aku mulai paham apa yang dikatakan ibu. Melihat sendiri bagaimana ibu selalu bersyukur ketika menerima uang bulanan dari ayah. Ketika lauk makan hari ini hanya telur dan ibu tidak pernah mengeluh. Ketika anaknya mulai mengeluh karena lauk yang tidak enak, ibu selalu berkata untuk bersyukur.
   Ibu yang selalu bersyukur membuat kehidupan rumah tangga ayah dan ibu langgeng. Jarang sekali ada keributan yang kami dengar. Berkat sikap ibu tersebut, membuat aku jarang meminta barang diluar kebutuhan kepada orangtua. Ibu adalah guruku dalam bersyukur.
2. Jujur
   Ibu mengajarkan aku untuk jujur dalam hal apapun. Keluarga besar dari ibu sering mengadakan kumpul keluarga dan ibu sering kebagian tugas untuk belanja. Sebagai anak pertama, aku sering menemani ibu belanja untuk keperluan kumpul keluarga. Ibu selalu mencatat uang yang keluar saat belanja. Setelah itu, ia memperlihatkan catatan tersebut tanpa memanipulasi sedikitpun.
   Sikap jujur pun ditanamkan kepada anak-anaknya. Awalnya aku mulai bersikap jujur karena takut dimarahin ibu jika ketauan berbohong. Namun, lama-kelamaan ada rasa tak nyaman jika berbohong. Aku selalu ingat pepatah Aceh yang sering ibu katakan "Sulet keu pangkai, kanjai keu laba" (Kalau berbohong yang menjadi modal, maka labanya (ganjaran) adalah malu). Â
3. Sabar
  Sabar, sifat yang paling mudah diucapkan namun berat untuk dijalani. Ibu sabar mendampingi ayah dari titik terendah karir ayah. Ibu juga mengajarkan sifat sabar kepadaku. Contohnya saat berbelanja dengan ibu, ia tak pernah menerobos antrian. Â
  Aku yang suka terburu-buru sering dinasehati ibu untuk sabar. Sabar membuat hidup ibu lebih tenang dan aku melihatnya sendiri. Tak jarang karena kesabaran, ibu sering diberi diskon oleh penjual.
  Sikap sabar yang dimiliki ibu membuat ia sering mendapatkan sesuatu yang lebih dari ekspektasi. Sabar membuat hidup lebih nikmat dan bahagia. Ibaratnya orang lagi puasa, ketika berbuka meskipun hanya dengan teh manis namun terasa sangat nikmat.
  Â
4. Peduli Sosial dan Lingkungan
  "Teruslah berbuat baik nanti kamu akan mendapat balasan dari Tuhan saat tak terduga". Meskipun petuah tersebut sudah mainstream untuk didengar namun, terbukti kebenarannya. Saat Tsunami melanda Aceh pada tahun 2004, banyak orang yang memperlihatkan seolah-olah ia yang paling layak dibantu. Ibu malah membagi-bagikan bantuan yang ia terima ke para tetangga sambil berkata " ambil saja untuk ibu, saya sudah cukup". Aku yang melihat saat itu sedikit kesal karena otomatis jatahku jadi berkurang. Begitu pula saat melihat orang buang sampah sembarangan di pasar. Ia akan mengambil dan membuangnya ke tempat sampah.
   Saat kuliah semester 2, aku ikut organisasi volunteer yang bergerak di bidang pendidikan dan lingkungan. Salah satu program bidang pendidikan yaitu mengajar anak-anak kurang mampu setiap hari Minggu pukul 14.00 WIB. Kebetulan tempat mengajar nya sangat jauh dari rumahku. Tak jarang aku mengeluh pada ibu karena jarak yang sangat jauh.
   Selain itu, cuaca sangat terik di jam tersebut membuat perjalanan sangat berat. Aksi lingkungan pun dilakukan ketika hari Minggu atau hari libur yang membuatku malas karena hari tersebut adalah waktu untuk istirahat. Namun, ibu selalu melarang ketika aku malas mengajar atau malas ikut aksi lingkungan. Aku pun terpaksa berangkat ke sana jika tidak ibu akan mengomel.
   Saat semester 5, aku bermimpi mendapatkan beasiswa dan bisa naik pesawat gratis. Mimpi itu terinspirasi karena faktor keuangan serta ingin sekali naik pesawat. Aku pun mendapat kabar beasiswa Pertamina dibuka saat itu. Ternyata selain syarat administrasi, beasiswa tersebut mewajibkan pelamar untuk menulis essay tentang aksi yang sudah dilakukan untuk pelestarian lingkungan negeriku.
   Aku pun teringat pada organisasi volunteer yang aku ikuti dari semester 2. Berbekal aksi lingkungan yang sudah dilakukan, maka mendaftarlah beasiswa tersebut. Aku mempresentasikan essay sesuai tema serta menjawab pertanyaan dewan juri dengan mudah dan berhasil mendapatkan beasiswa tersebut. Beasiswa tersebut memberikanku banyak fasilitas salah satunya, naik pesawat gratis ke Malang untuk berjumpa seluruh penerima beasiswa dari Aceh hingga Papua.
   Â
   Kebaikan-kebaikan yang aku buat melalui organisasi volunteer tersebut dibalas  oleh Tuhan dengan mengabulkan mimpiku. Tak tanggung-tanggung aku dibawa jalan-jalan ke Jogja juga saat itu. Membuatku sadar bahwa kebaikan akan dibalas Tuhan dengan cara yang tak manusia sangka. Aku pun berterimakasih kepada ibu yang selalu memaksa anaknya peduli sosial. Jika bukan karena paksaan ibu, maka aku akan berhenti mengikuti organisasi volunteer tersebut. Belakangan aku sadar kenapa ibu memaksa, ia ingin aku memiliki sikap peduli sosial dan lingkungan. Ibu berkata " buat apa kamu kuliah kalau kamu tidak bisa memberikan manfaat ke masyarakat". Sejak saat itu, aku berusaha menanamkan rasa peduli baik itu ke manusia ataupun lingkungan. Itulah 4 sikap baik yang kupelajari dari ibu. Tentu dibalik itu terdapat banyak kekurangan ibu. Ia hanya manusia biasa yang tak sempurna. Ibu sekolah pertamaku dari dulu hingga kini. Terimakasih ibu. Anakmu akan selalu berusaha membahagiakanmu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H