Mohon tunggu...
Irhamna Atqia Irhamn Atqia
Irhamna Atqia Irhamn Atqia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan

Mahasiswa ilmu komunikasi Universitas Ahmad Dahlan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pengalaman Hidup di Nunukan, Beranda Terdepan NKRI!

16 Januari 2022   08:52 Diperbarui: 16 Januari 2022   10:32 620
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hal ini disebabkan karena produk buatan luar negeri tersebut lebih mudah untuk masuk dan tak terlalu memakan biaya yang terlalu banyak untuk mendapatkannya. Tak heran bila ada yang mengatakan "garuda di dadaku, harimau di perutku" ungkapan tersebut tak lain karena lebih seringnya masyarakat di sana mengonsumsi makanan buatan malaysia daripada makanan buatan indonesia. Meskipun banyak juga produk makanan buatan dalam negeri yang di jual di sana.

Sangking dekatnya dengan negara malaysia, bahkan di nunukan tepatnya di pulau sebatik yang masih menjadi bagian dari kecamatan nunukan terdapat salah satu rumah warga yang unik. Mengapa di katakan unik ? karena rumah tersebut di bangun diatas dua wilayah negara yang berbeda. 

Teras rumah dan ruang tamunya yang berada di wilayah indonesia, sedangkan kamar mandi dan dapurnya berada di wilayah malaysia. Karena keunikannya tersebut menjadikan banyak orang yang penasaran untuk melihatnya secara langsung dan menjadi salah satu obyek wisata yang ada di nunukan. 

Bahkan beberapa pasar yang ada di kabupatem nunukan ini berlaku pecahan dua mata uang yang berbeda pula yakni, mata uang ringgit dan rupiah. Salah satu pasar yang menerima kedua pecahan mata uang tersebut adalah pasar yang berada di jalan lingkar atau masyarakat nunukan biasa menyebutnya dengan pasar "Lingkar".

Nunukan juga memiliki keberagaman suku dan budaya. Penduduk asli nunukan sendiri berasal dari suku-suku asli yang ada di kalimantan seperti Dayak, Tidung, dan Banjar. Karena semenjak dahulu nunukan telah menjadi tempat persinggahan dan menjadi jalur perdagangan nasional dan internasional, banyak pedagang dan suku-suku yang berasal dari daerah lain tinggal dan menetap di pulau nunukan. 

Contohnya seperti suku jawa,bugis,toraja, dan suku-suku yang berasal dari indonesia bagian timur. Karena keberagaman itulah akhirnya menciptakan sebuah akulturasi budaya yang baru. 

Salah satunya yang bisa dilihat dengan jelas adalah di bidang kuliner. Walaupun masyarakat yang tinggal di kabupaten nunukan pada dasarnya adalah suku-suku asli yang ada di kalimantan, namun karena masuknya budaya-budaya dari luar tersebut menjadikan akulturasi budaya yang baru. Salah satu contohnya karena nunukan yang juga sudah di dominasi oleh suku bugis yang bersal dari sulawesi, bila ada perayaan hari besar seperti lebaran, resepsi pernikahan atau hari besar yang lain, selalu menyediakan makanan buras atau "Burassa" yaitu makan yang terbuat dari beras yang di campurkan dengan santan lalu di ikat dan dimasak menggunakan daun pisang lalu di makan dengan lauk ikan teri balado, serundeng, opor ayam, ataupun daging rendang. 

Makanan tersebut sebenarnya asli budaya dari suku bugis namun karena akulturasi budaya itu tadi menjadikan makanan ini menjadi makanan yang wajib ada di setiap perayaan hari besar yang terjadi. saya sendiri apabila ada perayaan hari besar contohnya seperti lebaran dan tidak ada makanan ini saya merasa ada yang kurang. Karena saya sendiri yang juga merupakan keturunan dari suku bugis.

Itulah mungkin sedikit cerita tentang gambaran bagaimana kehidupan masyarakat yang hidup dan tinggal di pelosok-pelosok negeri khususnya dari tempat kelahiranku di Nunukan, beranda terdepan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun