Belajar yang MembuahkanÂ
Belajar merupakan aktivitas produktif yang dapat menunjang skill dan potensi seseorang meski jarang dan sering dilakukan. Belajar membantu seseorang mudah menjawab soal dan cakap memahami banyak hal karena otak mereka terlatih dan menyediakan sekian informasi.Â
Pada saat yang sama, konsisten belajar mampu meningkatkan daya kritis dan analitis. Banyak tokoh-tokoh bangsa yang begitu gemilang oleh sebab tekun belajar hingga pemikiran, penemuan dan pengalamannya sering dibukukan dan dijadikan pedoman.
Sedikit tidaknya, pembaca yang sedang membaca tulisan ini hendak meniru sepak terjang mereka walau tidak sama persis. Paling tidak, ada harapan yang sama antara proses dan hasil dari kegiatan olah tangan dan petualangan otak itu, entah dalam soal prestasi, gelar, atau pengakuan hebat yang kemudian disanjung oleh keluarga dan orang-orang terdekat.Â
Secara prinsipal, belajar yang baik tidak hanya terpenuhi kebutuhan eksternal, seperti ketersediaan buku, alat tulis, laptop, dan alat penunjang lainya tetapi juga segi internal: kenyamanan, ketenangan, dan pengelolaan waktu.
Kenyamanan merupakan salah satu prinsip utama yang harus ditemukan seseorang agar hasil belajar bernilai optimal. Kenyamanan berhubungan erat dengan lingkungan yang sehat dan kondusif. Lingkungan sehat menentukan daya motivasi serta tingkat fokus seseorang sehingga tertuntun menjalani prosedur semestinya dari belajar.Â
Sementara, situasi yang kondusif menempatkan pembelajar merasa aman dan menyenangkan. Tanpa disadari, seseorang mudah bingung, frustasi, dan alih-alih paham betul saat atau setelah belajar oleh karena mengabaikan kenyamanan.
Penulis pernah berinteraksi dengan beberapa kolega satu kampus, ditemukan fakta bahwa kenyamanan sangat menentukan "minat dan kemauan" belajar. Kemauan mengerjakan tugas serta hadir mengikuti perkuliahan tanpa absen disebabkan adanya lingkungan yang sehat dan nyaman sehingga mahasiswa terus termotivasi menjalankan perannya sebagai mahasiswa.Â
Berilmu mumpuni dan berkarakter terpuji. Tak jauh beda dengan teman-teman di meja kopi, mereka lebih antusias belajar atau merampungkan tugas dosen di warung kopi yang notabene bersih, sunyi, serta terdapat lukisan menarik di setiap dindingnya. Menurutnya suasana semacam itu mampu menyulap malas-malasan menjadi aktif belajar, membaca buku, dan menulis karena menempati suasana dan  ruang yang inspiratif.
Ketika kenyamanan sudah diperoleh, seseorang tinggal mengolah ketenangan. Berbeda dengan kenyamanan, ketenangan adalah kunci terpenting untuk mengendalikan  perangkat internal. Ketenangan merupakan ruang di mana seseorang mampu melepas belenggu konotasi negatif sehingga proses belajar dapat berjalan secara terstruktur.Â
Di pesantren, ketenangan dikonsep sebagai syarat mutlak sebelum memulai proses belajar. Tujuannya supaya para santri dapat menyerap semua materi secara utuh. Tidak was-was, khawatir, dan planga-plongo. Ketenangan memang dapat membentengi seseorang dari stress, pikiran kacau, linglung, Â yang mana brain fog (pikiran kabut) itu sering menghantui ketika hendak berbuat kebaikan.