Di tengah pesatnya teknologi yang agak gambling dan flexing, sangat sulit membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Seolah yang salah dikemas dengan komponen benar, yang aslinya, salah, begitu sebaliknya.Â
Ketika anak mengerjakan PR dengan bekal pengetahuan lain mendorong mereka tidak mudah feodal terhadap "apa kata guru selalu benar". Mereka dapat menggali kebenaran dari kacamata lain.
Melihat manfaat pentingya PR Sekolah, sangat disayangkan apabila pekerjaan rumah tanpa seragam sekolah ini dibekukan. Kalau PR sekolah menghendaki dihapus, setidaknya sekolah perlu mendesain hal baru dan mempertimbangkan beberapa poin penting.
Pertama: Kontrol waktu belajar
Tidak bisa dibantah ketika PR sekolah ditiadakan, hal ini menimbulkan dilema baik untuk sekolah dan orang tua. Sekolah digugat oleh orang tua karena tidak memberi tugas tambahan untuk mengisi waktu produktif. Sementara, tidak sedikit orang tua protes terkait PR yang diberikan terlalu sulit dan kebanyakan.Â
Dibutuhkan kerja sama dan kesepakatan dalam hal ini bahwa peserta didik saat ini lebih banyak menghabiskan waktu dengan gawai smartphone ketimbang membuka pelajaran dan membaca. Bukankah ini penting untuk masa depan mereka? Setidaknya PR ini dapat mengontrol waktu mereka kapan harus belajar dan bermain.
Kedua: Siasat Tugas Ekstra
PR Sekolah bisa diganti dengan tugas ekstra yang mewadahi minat bakat peserta didik. Hal ini bisa dijadwalkan selesai jam aktif belajar dan dilaksanakan di sekolah . Tidak salah sasaran, guru menambah jam ekstra karena tidak mengurangi waktu bermain anak ketika di rumah. Peserta didik secara leluasa bisa berkumpul dengan keluarga dan teman-temanya tanpa mewanti-wanti tugas di luar jam sekolah.
Ketiga: PR yang Menyenangkan dan mendukung daya psikologi anak
Dalam hal ini, intervensi kepada guru untuk memberikan PR yang menyenangkan harus terus diserukan. Pasalnya, banyak guru kurang paham terkait bagaimana merancang PR sekolah yang membuat peserta didik kecanduan belajar dan semangat dalam mengerjakannya.Â
Perlu diingat bahwa rata-rata usia anak jenjang sekolah memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Guru dapat mendesain tugas kelompok yang menyenangkan seperti mencari benda di sekitar sekolah atau berpetualang mencari kebutuhan yang dibutuhkan dalam penyelesaian tugas PR. Hal ini bisa mendukung daya tumbuh psikologi anak secara alami.