Mohon tunggu...
Muhammad Irham Maulana
Muhammad Irham Maulana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Hidup Untuk Menulis dan Menulis untuk Menghidupkan. Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta

Jangan biarkan kata-kata bersarang di kepala. Biarkan ia menyelinap ke dalam kertas dan berkelana di halamannya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Catatan Luka

20 Juni 2022   08:44 Diperbarui: 20 Juni 2022   08:52 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

bahwa jalan-jalan dilebarkan tanpa alasan yang jelas, tanpa memberi kesejahteraan

bagi mereka yang sedang dililit hutang hingga gantung diri dan gulung tikar dari rumah

terusir terbuang bak sampah yang hanya dipakai sementara sebagai wadah kotak suara,

kotak pandora berisi makanan sedap, minuman beraroma, hingga pakaian-pakaian mewah

yang jelas-jelas tidak jelas perawan atau bolong tengah atau murni atau hasil penculikan

mendirikan rumah, halaman, desa, kampung di atas tanah bebas alam raya

digusur dengan besi-besi pesawat beton, pelipat jam bumi, dan komoditas kaum elit

kami pindah dari satu tempat ke tempat yang lain, dari waktu ke waktu

menempel di dinding jembatan, sekardiu terbengkalai, dan jalanan sepi yang mencekam

kami rumput butuh tanah untuk disegarkan

kami tumbuhan butuh hangat matahari untuk tetap segar

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun