Menghindari Bebas Macet Saat Mudik Lebaran
Etimologi pemandangan carut marut biasanya diidentikkan dengan padat penduduk pada suatu wilayah, seperti Jakarta dan Surabaya. Namun, pengertian ini berlaku pula bagi banyaknya pengguna jalan, seperti pengendara mobil dan sepeda motor. Hal ini dikenal dengan istilah kemacetan lalu lintas yang kerap menjadi masalah serius bagi pengguna jalan. Bagaimana tidak, kemacetan lalu lintas dipastikan menghalangi berbagai aktivitas penting. Pasalnya, kendaraan terhenti selama berjam-jam,bahkan melampaui hari yang mengakibatkan pelbagai pekerjaan, keperluan mencari nafkah, atau kali ini para pemudik dari perantauan menjadi tersendat.
Meski konektivitas infrastruktur jalan tol telah dibangun, tetapi secara realita, bangunan pelipat jam panjang tersebut belum mampu mengentaskan kemacetan. Pada Hari-Hari Besar atau momen Lebaran seperti ini dipastikan kemacetan lalu lintas bakal parah. Pesatnya pengguna jalan akibat pemudik dan perantauan yang hendak pulang kampung menjadi pemicu, baik jalan tol atau umum dipenuhi kendaraan roda dua, tiga atau empat. Pemerintah sendiri pernah menerapkan regulasi "ganjil genap" sebagai solusi alternatif untuk kemacetan. Namun, regulasi itu tidak berjalan mulus sebagaimana diharapkan.
Kemacetan di Indonesia seolah menjadi langganan. Terlihat dengan jelas bahwa kemacetan lalu lintas hampir terjadi setiap hari. Bahkan, kemacetan dapat lebih parah ketika berkenaan dengan perayaan Hari Besar Keagamaan atau Momen Penting, seperti Hari Raya Idul Fitri, Natalan, atau momen Upacara-Upacara Sakral. Dipastikan, kemacetan lalu lintas akan akut drastis pada tahun ini. Berdasarkan prediksi dan survei lapangan dari kemenhub, kurang lebih 85 juta jiwa hendak melakukan mudik atau pulang kampung. Kalau diibaratkan, kemacetan ini seperti gerombolan semut yang membopong makanan. Pengguna jalan bakal membludak berlipat-lipat sebab dua tahun silam pemerintah mengetatkan larangan mudik. Kebijakan ini diberlakukan untuk mengurangi penyebaran covid-19 yang kala itu belum melandai.
Meskipun pemerintah telah mengusahakan, fakta kemacetan lalu lintas masih butuh penanganan secara mandiri. Saya yakin siapapun mengidamkan kelancaran berkendara. Tetapi, kemacetan lalu lintas merupakan iklim jalan yang pasti melengkapi topografi pengguna jalan. Indonesia, negara dengan populasi penduduk tinggi, berarti pula populasi pengguna jalan padat merayap bisa jadi tak terhitung. Oleh karena itu, dibutuhkan solusi atau tips mengatasi kemacetan meski tidak sampai tunas. Setidaknya, hal ini membantu mengurangi kemacetan saat hendak bepergian dan pulang kampung untuk lebaran.
Pertama, menentukan hari yang tepat, memilah hari adalah salah satu cara jitu menghindari macet. Kemacetan biasanya terjadi karena jumlah pengguna jalan beroperasi pada waktu bersamaan terlampau banyak. Untuk menghindari ini, pemudik atau pengguna jalan perlu mengamati volume pengguna jalan. Pemudik bisa menyiasati hari untuk menentukan bepergian berdasarkan minim aktivitas kendaraan.
Kerabat pernah berbagi cerita tentang mudik paling efektif, yakni pada hari-hari aktif, seperti hari senin sampai jumat menjelang H-10 atau dua minggu sebelum lebaran. Menurutnya, hari-hari ini terbilang minim aktivitas kendaraan dari Jawa Timur Lamongan ke Jawa Tengah Kudus, ketimbang sabtu dan minggu yang merupakan hari favorite para wisatawan, dan kegiatan perbelanjaan.
Kedua, Melewati Jalur Alternatif, saya tidak menyarankan bermudik lewat jalan tol atau umum meski mampu mempersingkat waktu perjalanan. Ada baiknya pemudik mempertimbangkan jalur alternatif walau tidak semulus jalan tol dan tidak seaman jalan umum. Lewat jalur alternatif dapat dipastikan minim pengguna jalan. Hal ini juga menyehatkan kondisi psikis pengguna jalan, seperti jenuh, resah, bahkan frustasi yang kerap dirasakan pemudik ketika beroperasi di jalan tol atau umum. Walaupun bukan jalan utama dan barangkali memperlambat waktu, namun jalur alternatif dapat membendung kemacetan lalu lintas. Selain jalanya agak sepi, kebisingan kendaraan juga tidak terdengar dan polusi tidak begitu membara.
Ketiga, menghindari bepergian (mudik) pada jam kerja atau pulang kerja. Hal ini dinilai cukup ampuh mengurangi kemacetan lalu lintas. Jam aktif kerja, mulai 06.30 sampai 08.00 dan sepulang kerja pada pukul 15-30 sampai 17.00, adalah waktu aktif dari berbagai jenis kendaraan. Ada penelitian menarik tentang kemacetan lalu lintas di kota Jakarta. Penelitian itu dilakukan sebagai respon dari keluhan para wisatawan lokal atau luar negeri yang hendak liburan. Selain dinobatkan sebagai sentral pelbagai kepentingan Negara, wilayah itu merupakan sarang kemacetan paling kentara.
Di sisi lain, Jakarta menjadi kawasan mediasi dari berbagai sektor penting. Kesimpulannya, para wisatawan atau turis mancanegara dianjurkan menghindari jam aktif kerja dan sepulang kerja untuk bepergian atau menuju destinasi liburan. Hal ini bisa menjadi solusi alternatif bagi pemudik untuk tidak bepergian pada jam tersebut.
Keempat, menggunakan kendaraan umum, bepergian dengan mobil pribadi dapat menambah jumlah kemacetan lalu lintas. Lagi pula, transportasi umum seperti Kereta Api atau Bis tidak begitu mahal. Pemerintah pernah memangkas biaya transportasi umum untuk mengatasi finansial pemudik. Memang ada benarnya, dengan mengendarai mobil pribadi, bisa lebih fleksibel dan ekonomis. Namun, hal itu juga membutuhkan banyak persiapan, seperti membugarkan kondisi fisik, mempersiapkan kebutuhan pribadi, membawa peralatan mobil jika sewaktu-waktu terjadi mogok dan hal-hal penting lainya. Sedangkan, bermudik dengan kendaraan umum, kita bisa lebih santai sambil menikmati perjalanan tanpa merasa khawatir dengan kondisi dan situasi.Â