Mohon tunggu...
Muhammad Irham Maulana
Muhammad Irham Maulana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Hidup Untuk Menulis dan Menulis untuk Menghidupkan. Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta

Jangan biarkan kata-kata bersarang di kepala. Biarkan ia menyelinap ke dalam kertas dan berkelana di halamannya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Levelmu Menentukan Kelas Kata-Katamu

5 Februari 2022   07:36 Diperbarui: 5 Februari 2022   07:49 510
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mungkin ucapan dan penjelasanmu pernah kurang mendapat perhatian? Apakah kamu pernah merasa frustasi dan kecewa pada orang lain atau dirimu sendiri sebab hal itu ? kamu pasti kesal dengan hal semacam itu. Padahal, selama ini kamu sudah berusaha memberikan yang terbaik. Kamu sudah belajar kesana kesini. Kamu sudah mengikuti public speaking dan lain-lain, tetap saja ada orang yang acuh kepadamu.

Lalu bagaimana dengan orang-orang yang ada di tik tok, twittrer,  dan you tube itu dapat mudah terkenal. Mereka kerapkali tampil di laman platform media online dengan kata-kata dan cuitanya yang kemudian viral. Apa yang mereka lakukan? Bagaimana mereka bisa setenar itu? Sedangkan aku sendiri yang sudah berusaha masih saja gagal. Tunggu, semua ada jalan keluar, sebuntu-buntunya jalan, pasti ada jalur alternatif, oke.

            Latar belakang/ biografi.

Kamu perlu melihat siapa dirimu. Kamu anak siapa dan keturunan siapa. Kamu saat ini ada di level berapa. Ini adalah dasar yang kuat untuk membangun kualitas kata-kata dari bibirmu. Jika kamu masih berada di papan bawah sebaiknya jangan berusaha berbicara dengan kualitas tinggi, sudah tentu orang akan mengabaikanmu. Tetapi, kalau kamu sudah memiliki rekam jejak yang cukup terkenal di khalayak umum, bicaralah sesuai dengan levelmu, jangan berlebih. Ingat! Kualitas biografi bukan menjadi satu-satunya andalan, tapi dapat  membangun harga diri.

Kita semua paham Martin Luther King Jr, King of wilderness, salah satu tokoh aktivis terkenal yang memperjuangkan hak-hak sipil kulit hitam. Martin Luther King Jr adalah seorang aktivis berpengaruh dari keturunan Afrika Amerika. Beliau dilahirkan oleh seorang pendeta religius kristiani, Martin Luther King Sr. Meski sedari kecil telah hidup di lingkungan religius tetapi Martin Luther King Jr tidak memanfaatkan kedudukan ayahnya untuk membangun visi misinya. Beliau bersekolah hingga diketahui telah meraih gelar S3 di usia yang cukup muda, 25 tahun.

Martin Luther king dalam merealisasikan visi misinya terkait penyetaraan hak-hak sipil warga kulit hitam dengan kulit putih tidak pernah sedikitpun mengutik biografi ayahnya. Kalau di Indonesia, mungkin fenomena sopan santun terhadap putra kiai sudah mafhum dan kita sering menerapkanya di pesantren karena budaya Indonesia memang semacam itu. Tetapi tidak di negara lain, biografi pribadi yang akan menjadi acuan untuk mengangkat kualitas dan kuantitas harga diri. Perjuangan beliau tidak bisa dianggap remeh temeh.

Bukti nyata meraih gelar doktor di usia 25 tahun di masa itu tidaklah mudah. Begitu juga dengan memobilisasi masa untuk berbondong-bondong menyuarakan penyetaraan hak-hak berkehidupan seimbang juga tidak mudah. Tetapi sekali lagi, berkat ia memiliki rekam jejak bersinergi dan membawa perubahan signifikan bagi warga Amerika dan telah diakui oleh dunia, satu kata, satu kalimat sampai saat ini tetap menjadi monumen dan hari besar warga Amerika Serikat atas jasanya.

            Berangkat dari karya dan prestasi

Di dunia ini, pekerja keras selalu mendapat apresiasi dari orang lain. Jika kamu memiliki sebuah karya walau sedikit saja yang mengenal, orang-orang yang ada di sekelilingmu pasti mendengarkan sepatah-kata darimu. Orang akan mendengarkanmu karena alasan-alasan tertentu. Pertama, kesan dan hikmah, mungkin karyamu memberi pengalaman dan pelajaran berharga bagi mereka sehingga menyimak apa-apa dari bibirmu dan apa apa dari tulisanmu. Kedua, solusi, mungkin dalam karyamu, ditemukan sebuah solusi atau jawaban yang tepat sasaran dari masalah-masalah yang olehnya tak kunjung rampung.

Berbicara mengenai prestasi, secara umum, pandangan antara karya dan prestasi tidak begitu berbeda. Hanya saja prestasi sering dikonotasikan sebagai upaya seseorang dalam menghasilkan sesuatu dibarengi dengan kemampuan intelektual, emosional, dan ketahanan diri dalam mengahadapi setiap hal. prestasi identik dengan hal-hal yang bersifat penghargaan dan apresiasi. Sedangkan karya adalah upaya seseorang menghasilkan sesauatu dibarengi dengan kebiasaan dan passion yang kemudian melahirkan sesuatu yang berbeda. Dalam karya, biasanya penghargaan yang diberikan tidak main-main, bisa berupa sesuatu yang sangat berharga dan tidak ada tandinganya. Nah kalau kamu memiliki dua aspek ini, sudah pasti ucapan-ucapanmu akan digugu dan ditiru sebab yang melantunkanya adalah orang-orang yang terpilih, pekerja keras, dan pantang menyerah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun