Mohon tunggu...
Muhammad Irham Maulana
Muhammad Irham Maulana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Hidup Untuk Menulis dan Menulis untuk Menghidupkan. Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta

Jangan biarkan kata-kata bersarang di kepala. Biarkan ia menyelinap ke dalam kertas dan berkelana di halamannya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Kompilasi "SKNPM"

23 Juli 2020   12:39 Diperbarui: 23 Juli 2020   12:27 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

SUSUK

Jarum-jarum itu memikat umat manusia

Memikat kemurnian, kejernihan dan kealiman

Kaum payudara adalah langgananya

Melawan takdir merubah nasib

Menjual iman yang penting aman

Seperti kisah 100 Nabi

Sebuah kisah 100 jarum melekat

Menyodorkan seluruh hartanya

Sampai pada akhirnya

Mereka terbuang dan terhina di liang lahat.

KATA MANIS 

Lidahnya menjulur menerkam rumah-rumah

Pintu kian terbuka jemari menada "iya"

Perut-perut mulai tak betah

Petuah syekh Jenar pun dibuang kemuka

Kata manis boleh diucap siapa saja

Seperti madu cinta yang dikarang pujangga

Kata manis bisa menjadi bisa

Kalau pembohong dan pendusta menunaikanya

Kata manis dapat menjadi vaksin

Kalau penepat dan penggerak yang menunaikanya

Andai, manis itu tidak pernah larut

Ku pajang megah di depan istana

NEGARA BONEKA 

Negara ini bukan negara nyata

Kota ini juga bukan kota nyata

Desa ini juga bukan desa nyata

Para penghuni di negara akan segera kembali

Para penghuni kota akan segera pulang

Para penghuni desa akan segera mudik

 

PINTU EMAS 

Pintu emas itu terbuat dari fiksi kayu

Membelalakkan mata dan melumpuhkan hati

Siapa yang bimbang akan mudah ternoda

Siapa yang kuat akan terus berjalan

Pintu emas itu terbuat dari tangan manusia

Jemarinya keriput kepalanya memutih

Siapa yang bimbang akan tumbang

Siapa yang gagah akan menang

"Pintu Emas" semurnikah dirimu

Juara dari besi besi yang katanya dapat membeli dunia

 

MANUSIA POLOS  

Soim yang terlihat pucat mukanya

Melambaikan tangan dan bersua

"Ayah di depan rumah, siapa itu?"

Dia yang gagah melindungi

Dan gigih menumpas

"Ayah siapa disampingku?"

Mereka adalah penulis terbaik

Dan pencatat sejarah yang kelak akan difilmkan

"Ayah siapa di belakangku"

Maaf, ayah tidak tahu

"Ayah mereka adalah kala aku bermuka deru

Ia tak sudi menggerogotiku"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun