Bisa menulis dengan baik saja adalah sebuah kenikmatan tersendiri. Sebuah cara untuk menata logika, merespon realita sosial dan bercerita.
Raditya Dika adalah seorang komedian, penulis, dan sutradara terkenal di Indonesia. Dikenal dengan gaya komedi khasnya, dia telah berhasil membangun karier yang sukses di dunia hiburan. Melalui tulisan-tulisannya yang lucu dan menghibur, Raditya Dika telah memenangkan hati banyak pembaca dan penonton.Â
Karya-karyanya mencakup buku-buku komedi yang terkenal, seperti "Kambing Jantan" dan "Cinta Brontosaurus," serta film-film seperti "Hangout" dan "Single." Dengan bakat komedinya yang unik dan kemampuan menulis yang luar biasa, Raditya Dika telah menjadi salah satu ikon hiburan yang dicintai oleh banyak orang di Indonesia.
Pertama: "tulis yang kamu suka."
Dalam berbagai kesempatan, terutama ketika berbagi tips menulis cerpen atau novel. Raditya Dika sering sekali mengulang-ngulang tentang ini. Menulis hal-hal yang kita sukai. Seandainya tulisan kita tidak laku, setidaknya kita mendapatkan kebahagiaan dengan menulis hal itu.
Masalahnya bukan pada laku atau tidak tulisan kita, tetapi kita harus menyukai proses menulis itu sendiri. Cerita yang kita tulis harus kita sukai.Â
"Loe happy udah ngebuang satu tahun hidup loe buat nulis cerita itu. Gak laku gpp, tapi lo seneng ngerjainnya."
"Jadi, apapun yang kita tulis, harus penting buat diri  kita sendiri dulu, baru orang lain," Kata Raditya Dika.
Kedua: "draft satu itu tujuannya nulis sampah."
Yang terpenting adalah draft satu selesai dulu. Nanti setelah itu kita sempurnakan. Karena pasti hasilnya jelek. Tujuan draft satu adalah agar kita bisa menyelesaikan apa yang sudah kita mulai. Sering kali kita merasa mentok, karena kita menulis dan mengedit tulisan kita secara bersamaan.
Padahal, banyak penulis yang menyarankan untuk membuat jeda. Andara menulis dan mengedit tulisan itu sendiri. Karena, ketika kita mengedit secara bersamaan. Produktivitas kita melambat, progres tulisan juga akan semakin lama selesai. Dan, beban pikiran yang diakibatkan kita multitasking juga semakin tinggi tensinya.
Kalau menulis, ya menulis saja sampai selesai. Kalau mau diedit, tunggu sampai ceritanya benar-benar selesai. Dengan cara demikian akan membuat kerja menulis terasa lebih ringan dan menyenangkan.
Ketiga: premis harus menarik
Premis adalah inti cerita yang disingkat dalam sebuah kalimat. Kalau dari premisnya tidak menarik, besar kemungkinan ceritanya nanti juga tidak menarik. Raditya Dika pernah bercerita bahwa salah satu filmnya, hanya bermodal premis untuk disetujui produser..
"Sebelum elu nulis, ceritanya harus bisa kalian rangkum menjadi cuma 1 kalimat. Dengan rumus seperti ini:
Premis adalah karakter + tujuan + halangan.
Semua karakter yang kalian bikin harus punya kelemahan."Â kata Raditya Dika.
Ketika sebuah premis tidak menghasilkan "keingintahuan", tidak membuat "penasaran", maka hal itu bisa jadi red flag untuk dijadikan sebuah ide cerita.
Setelah berangkat dari premis cerita yang menarik, tugas selanjutnya adalah membuat paragraf pertama yang menarik.
"Kalau kalian nulis novel, kaliman pertama itu yang paling penting. Cara lo buka cerita," tutur Raditya Dika.
Terakhir: tanda-tanda draftnya sudah bagus
"Tanda-tandanya adalah kalau elu ngerjain draftnya, terus yang elu hapus itu hanya titik sama koma." kata Raditya Dika.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI