Sungguhpun bergeliat dengan jati dirinya, pengarang tidak bisa melepaskan dirinya dari lingkungan dan jati dirinya. Ia tidak bisa menjadi juri bicara dari apa yang tidak diketahuinya. Mengenai hal ini saat menganalisis novel-novel Jane Austen, Budi Darma dalam disertasinya (1980) menulis nasihat Jane Austen kepada keponakannya untuk tidak menulis tentang apa pun yang tidak dikenal, sesuatu yang hari ini masih valid. Jane Austen tidak pernah mengikuti karakternya ke London karena dia tidak terbiasa dengan kota ini.
Dalam kumpulan cerpennya, Orang-Orang Bloomington, Budi Darma secara ketat menulis apa yang diketahuinya. Ini terlihat, misalnya, dari dialog antara seorang warga Indonesia dengan Ny. Nolan. Ketika tokoh aku menelpon Ny. Nolan untuk menawarkan bantuan membersihkan pekarangannya, alih-alih merasa senang, Ny. Nolan berang seraya menanyakan apakah pekarangannya kotor dan menjijikkan. Tokoh aku melongo kenapa bantuannya disalahartikan. Ny. Nolan menjawab, “Kalau saya memerlukan bantuan seseorang, tentu saya akan memasang iklan.”
Orang Amerika yang tiba-tiba ditawari bantuan oleh orang Indonesia untuk melakukan pekerjaan yang dapat dilakukan sendiri oleh akan memandang tawaran bantuan dari seorang sebagai hal yang ganjil, dan dapat membuat orang itu tersinggung. Dari sini kita belajar salah satu ‘American value’, yakni individualisme.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H