Mohon tunggu...
M. Irham Jauhari
M. Irham Jauhari Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Pendiri Terapifobia.com

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Mau Apa Setelah 100 Artikel Kompasiana

6 Mei 2023   19:57 Diperbarui: 6 Mei 2023   21:11 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto oleh Miguel. Padrin dari Pexels.com

Menulis adalah kesenian. Sebuah nilai dari sebuah kesenian. Bukan serta merta ditentukan oleh sang seniman. Penikmat karya seni pun menjadi bagian dari nilai kesenian tersebut. Interpretasi terhadap kesenian selalu berpijak pada dua kaki. Satu kaki di pihak seniman dan satu kaki di pihak penikmat.

Terkadang hasil dari tulisan kita bukanlah uang. Bukan juga perhatian pembaca. Tetapi sesuatu dalam diri kita telah berubah. Kemampuan berekspresi setapak lebih baik. Mungkin dalam setahun dua tahun. Hal itu tidak terlalu berarti. Tetapi, karena kita senang menulis. Menulis untuk bersenang-senang. Bukan semata-mata mencari uang. Pada tahun ke-10. Bukan tidak mungkin, menjadi sesuatu. Sesuatu yang tidak pernah kita duga.

Berdasarkan pengalaman, ketika menulis niatnya uang. Bahkan sebelum menghasilkan karya tulis yang dipikirkan adalah uang. Bisa dipastikan, jika hasil yang diharapkan tidak juga mendatangkan uang. Pasti perjalanan menulis akan berhenti. Tidak menulis lagi untuk waktu yang lama. Hanya karena uang.

Ketika masa-masa kebencian terhadap menulis itulah. Terjadi perang batin. Jauh di lubuk hati ingin menulis. Tetapi membenci kenyataan yang tidak sesuai harapan. Setiap hari berhadapan dengan kecewa. Ketika bercermin di pagi hari, kamu tahu bahwa suatu saat kamu akan kecewa kepada dirimu sendiri. Karena tidak disiplin. Karena yang paling kamu inginkan adalah menulis. Entah ada uang atau tidak. Itulah yang saya rasakan sekarang.

Memang, kita tidak bisa memisahkan uang dari perjalanan menulis kita. Karena kita ingin dibayar dari apa yang paling ingin kita kerjakan. Sayangnya, kita harus menerima bahwa. Untuk sampai ditahap dibayar mahal untuk melakukan apa yang benar-benar kita ingin kerjakan, butuh waktu yang tidak sebentar. Mungkin 5 tahun atau 10 tahun. Karena kita ingin disana, apapun realita yang kita hadapi. Kita hadapi. 

10.000 Jam Menulis

Dalam perjalanan menuju sepuluh ribu jam menulis. Pasti ada masa-masa menyakitkan, tidak percaya diri, ingin menyerah. Semua perasaan itu harus dirangkul. Didasari dan diterima dengan apa adanya.

Awalnya memang akan menjadi sampah. Ketika kita baca, kita kecewa, betapa buruknya tulisan kita. 

Apalah daya, itulah kenyataan yang tidak bisa kita pungkiri. 

Mau Apa Setelah 100 Artikel

Terus menulis, berkarya, berekspresi dan menuangkan segala gundah dan resah. Apa yang kita kerjakan dengan ketulusan. Akan sampai di tempat dimana ia berasal. Tulisan yang berasal dari hati, akan sampai di hati. Tulisan yang berasal dari logika, akan sampai pada pikiran pembaca.

"Menulis adalah suatu cara untuk bicara, suatu cara untuk berkata, suatu cara untuk menyapa---suatu cara untuk menyentuh seseorang yang lain entah di mana. Cara itulah yang bermacam-macam dan di sanalah harga kreativitas ditimbang-timbang."
Seno Gumira Ajidarma,

Menulis butuh penghayatan. Seno Gumira Ajidarma menekankan, "belajar menulis adalah belajar menangkap momen kehidupan dengan penghayatan paling total yang paling mungkin dilakukan oleh manusia."

Goenawan Mohamad juga berpendapat senada, "kesusastraan adalah hasil proses yang berjerih payah, dan tiap orang yang pernah menulis karya sastra tahu: ini bukan sekadar soal keterampilan teknik. Menulis menghasilkan sebuah prosa atau puisi yang terbaik dari diri kita adalah proses yang minta pengerahan batin."

Kesimpulan

Pada akhirnya, setiap waktu yang kita habiskan dalam proses menulis. Tulisan seburuk apapun. Tetap akan membawa kita ke tempat dimana kita bisa dikatakan sebagai penulis. Soal kualitas tulisan erat kaitannya dengan seberapa banyak bacaan yang kita bisa resapi. Seberapa besar kenyataan hidup yang kita resapi. Meresapi realitas, pandai berekspresi, menuangkannya menjadi karya yang kita niatkan untuk kebaikan. 

Semoga kita semua yang ingin menjadi penulis berkualitas. Suatu saat benar-benar menjadi apa yang kita inginkan. Merealisasikan apa yang selama ini kita bayangkan. Mengkristalisasi pandangan, pengalaman hidup menjadi mahakarya yang diakui.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun