Untuk mencapai kesempurnaan dalam menulis. Butuh kerja keras yang tidak bisa dilakukan hanya dalam satu hari. Butuh waktu berjam-jam untuk menyelesaikan sebuah tulisan. Orang yang tidak suka menulis, merasa bahwa ini adalah pekerjaan yang sia-sia. Sampai pada satu titik orang itu melihat penulis yang kaya dari menulis.
Masalahnya, berapa banyak penulis yang kaya hanya dari menulis. Berapa persen penulis yang kaya hanya dari menulis. Berapa banyak buku yang tidak bestseller. Berapa banyak penulis yang hanya menulis satu dua buku. Kemudian bukunya tidak terlalu 'menjual' dan berakhir ganti profesi yang lebih cuan.Â
Betapa banyak penulis yang ingin "hidup" dari menulis. Tetapi pada kenyataannya hal itu tidak mudah untuk terwujud. Betapa banyak penulis yang berhenti di tengah jalan. Lalu mengubur mimpi menjadi penulis yang hidup dari karya.Â
Pada kenyataannya, penulis yang "menomorsatukan" uang akan menyerah di tengah jalan. Hanya penulis bermental baja yang tidak pernah menyerah yang bisa hidup dari karya. Karena hal itu tidak mudah, hanya orang-orang tertentu yang akhirnya bisa meraihnya.
Menulis adalah tentang kecintaan terhadap dunia menulis.
Meskipun menulis bisa membuat hidup seseorang bahagia. Indikator kebahagiaan perasaan tidaklah cukup. Untuk seseorang hidup mengandalkan profesi menulis. Harus ditumpu dengan kebahagiaan finansial. Hidup dari karya. Kalau hanya mendapat bahagia perasaan saja, namun secara finansial menderita. Pada akhirnya penulis beralih profesi lain yang lebih membahagiakan secara finansial.
Untuk saat ini, Anda tidak bisa merdeka secara finansial sebagai fulltime kompasianer. Kalau kita melihat jumlah nominal yang diterima kompasianer dalam bentuk K-Rewards. Kita sudah bisa meraba. Sesejahtera apa jika ada orang yang berprofesi sebagai fulltime kompasianer.Â
Dengan kenyataan ini, saya kira, ketika orang masih betah menulis di Kompasiana. Meskipun para top gainer kompasianer mendapatkan uang yang bisa dibilang tidak cukup untuk membiayai semua kebutuhan hidupnya. Tapi orang-orang masih berbondong-bondong menulis di Kompasiana. Hal itu menunjukkan bahwa orang menulis di Kompasiana bukan semata-mata mencari mencari penghasilan. Pasti ada alasan-alasan lain.
Salah satu alasan mengapa orang masih berbondong-bondong menulis di Kompasiana adalah Kompasiana menjadi platform blogging yang nyaman bagi pengguna. Baik nyaman secara visual, maupun kemudahan dalam penggunaan. Menjadi bagian dari komunitas menulis yang sehat dan mudah mendapatkan apreasiasi dari kompasianer senior.
Menulis adalah tentang ekspresi dan apreasiasi.Â
Ketika orang berekspresi di Kompasiana, lalu mendapatkan apresiasi. Â Orang menjadi semangat untuk menulis. Meskipun hanya sebatas komentar yang terkadang "normatif". Terkadang ada kompasianer yang berkomentar pakai "template", dimanapun ia komentar, komentarnya sama persis, titk komanya. Tetapi hal sesederhana "komentar template" pun bisa memberikan semangat untuk terus menulis. Untuk terus berkarya.Â
Di luar sana banyak platform menulis yang sudah tidak bisa dihitung lagi jumlahnya. Uniknya, ada orang yang sudah belasan tahun menulis di Kompasiana. Ini bukan cuma satu dua bulan. Bukan lagi setahun dua tahun. Tapi belasan tahun. Pasti ada alasan untuk itu. Pasti ada sesuatu yang istimewa yang dimiliki Kompasiana sehingga orang bisa bertahan belasan tahun berkarya di Kompasiana.Â
Epilog
Jika kamu penulis pemula dan ingin cepat-cepat dapat cuan di Kompasiana. Bersiap-siaplah kecewa. Namun jika kamu penulis pemula yang ingin belajar menulis di platform yang nyaman, mudah digunakan, didukung komunitas yang apresiatif, Kompasiana adalah tempat yang tepat untuk kamu.
Jika kamu tidak punya keahlian khusus dan masih belajar menulis. Berhentilah berpikir bahwa menulis bisa membuat kamu kaya raya dengan cepat. Seseorang harus benar-benar ahli dalam menulis untuk bisa menghasilkan uang dari menulis. Itupun masih sebatas mendapatkan penghasilan.Â
Untuk sampai pada titik dimana seorang penulis bisa benar-benar hidup hanya dari menulis. Jalan yang panjang dan berdarah-darah terbentang lebar. Tidak banyak yang mau melewatinya sampai akhir.Â
Lebih banyak orang mencoba melewati jalan itu dan balik badan di tengah jalan.Â
Semoga berhasil.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H