Seno Gumira Ajidarma mengatakan "Menulis adalah suatu cara untuk bicara, suatu cara untuk berkata, suatu cara untuk menyapa---suatu cara untuk menyentuh seseorang yang lain entah di mana. Cara itulah yang bermacam-macam dan di sanalah harga kreativitas ditimbang-timbang."
Menulis menjadi sebuah wadah kreativitas di mana seseorang dapat mengekspresikan ide-ide sebebas mungkin, tanpa ada batasan yang signifikan.
Dalam menulis, seseorang memainkan kata-kata dan struktur kalimat untuk menciptakan efek tertentu dalam tulisannya. Sebagai contoh, seseorang dengan gaya bahasa yang humoris, persuasif, atau bahkan melankolis untuk mencapai tujuan tertentu dalam tulisannya.
Namun, di sisi lain, menulis juga dapat dianggap sebagai tugas yang menuntut konsentrasi dan kerja keras, terutama jika seseorang menulis untuk tujuan akademik atau profesional. Oleh karena itu, pandangan bahwa menulis adalah bermain mungkin tidak selalu berlaku dalam setiap situasi.
Menulis adalah salah satu keterampilan penting yang dapat membantu seseorang dalam berkomunikasi dengan lebih efektif.Â
"Ketika saya menulis, saya selalu berpikir dengan cermat dan hati-hati, karena saya ingin memastikan bahwa setiap kalimat dan setiap kata terjalin dengan logika yang benar." - Paulo Coelho
"Menulis adalah latihan logika terbaik yang dapat ditemukan dalam pikiran. Ini memaksa Anda untuk berpikir dengan jelas, berpikir logis, dan memahami kausalitas." - John Steinbeck
Menulis itu ibarat sedang membangun sebuah mesin. Untuk menjadi sebuah mesin yang menyala, berguna dan dapat bertahan lama. Tidak bisa asal. Ada proses berpikir yang sistematis, logika yang tertata rapi, serta uji coba yang tidak cuma sekali.Â
Komponen-komponen dalam mesin itu bisa kita artikan sebagai alur berpikir. Material dasar dari komponen mesin itulah yang kita sebut sebagai kata, diksi. Untuk membuat mesin itu bertahan lama, material dasar penyusunnya harus diramu, diproses secara tepat.
Pada awalnya, kita memang belajar menulis hanya untuk menumpahkan kegelisahan. Ide-ide yang melayang di pikiran tidak boleh dibiarkan begitu saja. Inspirasi harus ditangkap untuk diolah menjadi sesuatu yang berharga. Sesuatu yang bermanfaat.
Pada akhirnya, menulis bukan lagi untuk menjadi diri sendiri. Dalam proses menulis kita secara simultan sedang membentuk sebuah pribadi yang kita impikan. Membuat apa yang ada di pikiran menjadi kenyataan. Sesuatu yang nyata, bukan hanya hayalan belaka.
Selamat bermain kata dan logika.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H