Mohon tunggu...
M. Irham Jauhari
M. Irham Jauhari Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Pendiri Terapifobia.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Apa Kabar Penulis Pemula

25 Februari 2023   05:03 Diperbarui: 25 Februari 2023   05:25 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto oleh Myicahel Tamburini (pexels.com).

Mulai menulis adalah kegiatan yang sangat menyenangkan bukan? 

Kamu bisa leluasa meliarkan imajinasi, tidak sebatas membayangkan, mengkhayalkan, tetapi benar-benar membuatnya menjadi nyata dalam susunan diksi yang kita pilih dengan hati-hati.

Pada awalnya, kita akan malu dan muak dengan draft "sampah" yang kita buat. Tetapi kita tidak bisa melewati proses ini. Kenyataan berkata bahwa kita memang harus membuat draft "sampah" terlebih dulu. Baru kemudian beranjak ke proses poles tulisan.

Proses memang menyakitkan, apalagi kalau kita tidak bisa mengenali dimana letak kesalahan kita pada proses sebelumnya.

Perjalanan menuju mahakarya pastilah perjalanan panjang yang tidak bisa ditempuh dalam waktu satu malam.

ChatGPT memang bisa membantu untuk membuat draft "sampah" yang kering dari sentuhan emosi. 

Teknologi AI memang mempermudah kita menjalani kehidupan yang menuntut segalanya serba cepat. Tetapi, ada sesuatu yang tidak bisa dimiliki oleh ChatGPT, perasaan.

Ketika kita menulis, kita sejatinya tidak hanya merangkai kata. Kita juga merangkai logika. Menyampaikan perasaan. Mentransfer emosi penulis kepada pembaca. Dan, rasanya pasti berbeda. Antara hasil mesin dibandingkan hasil pemikiran original manusia itu sendiri.

Menulis bukan hanya tentang merangkai kata-kata, tetapi juga tentang menyampaikan pesan dan ide dengan cara yang jelas dan efektif. Selain itu, tulisan juga dapat mencerminkan emosi dan perasaan penulis, yang dapat memengaruhi cara pembaca menerima tulisan tersebut.

Meskipun kecerdasan buatan semakin berkembang dan dapat membuat tulisan yang cukup terstruktur dan gramatikal, namun kecerdasan buatan belum mampu menciptakan emosi dan perasaan yang sama seperti manusia dalam tulisan mereka. Hal ini karena mesin hanya dapat menghasilkan tulisan berdasarkan aturan dan data yang ada, sementara manusia dapat mengekspresikan perasaan dan emosi mereka melalui kata-kata dan bahasa tubuh.

Oleh karena itu, meskipun kecerdasan buatan dapat membantu dalam menulis, masih sangat penting untuk menghargai nilai dari pikiran dan keunikan manusia dalam menciptakan karya tulis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun