Mohon tunggu...
M. Irham Jauhari
M. Irham Jauhari Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Pendiri Terapifobia.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Hari Ini adalah Masa Depan yang Kita Bicarakan Kemarin

22 Februari 2023   03:58 Diperbarui: 22 Februari 2023   14:05 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengejar jarak yang tak pernah mendekat. Mendekap resah yang tak pernah hilang. Kemana rasa mengarah, disana bahagia memeluk. Ketika rasa dan raga bersatu, disana tumbuh benih kebahagiaan.

Kata-kata puisi begitu jernih. Sebening embun pagi hari. Angin menyapa dan haru mewarna. Kata-kata manis seolah hanyalah buaian. Tetapi bukahkah bahasa adalah tanda puncak peradaban?

Sesibuk apapun. Sejauh apapun kamu berlari dari gairah diri. Kamu akan terkulai lemas karena menafikannya. Kemana pun kamu pernah, bayanganmu tak akan pernah bisa kau tinggal pergi.

Masa lalu mungkin kejam, manis, pahit, kecut, pedas. Semua rasa yang tak pernah terbayangkan. Akhirnya musnah dibungkam waktu. Kau berlari tanpa tahu arah mana yang kau tuju. Kau pergi hanya untuk melepaskan dari sifat alamimu.

Semua manusia punya satu titik yang berbeda. Koma kehidupan yang berbeda. Kepakan sayap yang tak akan pernah sama.

Ketika inspirasi menghampirimu, jangan biarkan dia kecewa dan pergi meninggalkanmu begitu saja.

Kau tak akan pernah tahu, kemana inspirasi akan membawamu. Tetapi, kamu pasti tahu. Kecewa adalah kepastian ketika kamu melepaskan inspirasi begitu saja.

Impian, mimpi, angan-angan, harapan. Memang bukanlah yang paling kamu inginkan. Tetapi, bisa jadi darisanalah semua keberhasilan umat manusia berasal.

Kata-kata yang muluk memang memoles fatamorgana menjadi terlihat sempurna.

Tetapi, perjalanan waktu membawamu menuju kenyataan. Menuju hari ini. Hari yang kamu impi-impikan kemarin sore. 

Kamu mungkin terlalu naif untuk mengakui, bahwa sekarang, kamu telah kehilangan impian. Lalu perlahan menjadi manusia tanpa perasaan.

Bukahkah tidak semua hati bisa merasakan? 

Tapi kenapa, ketika kamu merasakan sesuatu. Kau naif, seolah getaran-getaran jiwa tak ada artinya bagimu.

Berhentilah. Putar arah. Kau telah tersesat dalam teorimu sendiri.

Jangan malu untuk pulang, meskipun penuh luka kekalahan.

Bukanlah kekalahan adalah awal yang baru? 

Ingatlah, hari ini adalah masa depan yang kamu impikan kemarin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun