Kita perlu sebuah pisau tajam untuk menguliti sumpah serapah yang mereka ucapkan. Sebuah alat yang bisa menghalau kata-kata keji mereka.Â
Mengamankan hati kita yang tenteram dan damai.
Anggaplah Kata sebagai Susunan Huruf
Kita hidup pada zaman dimana komentar netizen lebih pedas daripada cabe rawit. Kata-kata yang lebih mirip 'kebun binatang' daripada sebuah kalimat.
Memang mudah sekali membuat sakit hati. Meruntuhkan harga diri, mengobarkan emosi dan menyulut api dendam. Akan tetapi, sebagai manusia waras, jangan membalas api dengan api.
Kata Benjamin Franklin, "Segala sesuatu yang dimulai dengan kemarahan akan berakhir dengan rasa malu."Â
Biarkanlah rasa malu itu hanya ada pada orang yang memarahimu.
Anggaplah Suara sebagai Bunyi
Jika kata-kata kasar mudah sekali menyakiti hatimu. Gunakanlah cara ini, agar tidak mudah sakit hati. Terhindar dari penyakit hati yang justru merugikan kita sendiri. Komentar orang yang sembarangan di medsos, bisa kamu acuhkan dengan cara ini.
Suara-suara keras yang menusuk hati. Meremukkan perasaan, menghancurkan kehormatan, bisa saja menimpamu. Sakit hati itu pasti. Membalasnya, bisa saja. Tetapi pertanyaannya, apakah kamu punya cukup waktu untuk meladeni semua itu.
Kita punya banyak pekerjaan penting yang harus segera kita kerjakan. Impian yang menunggu untuk diwujudkan. Maka, omongan pahit itu pun harusnya kita abaikan. Meskipun awalnya susah bukan main. Tetapi, cara ini dapat membantumu untuk lebih mudah mengabaikan semua itu.
Anggaplah Ekspresi sebagai Gambar
Jika ada sebuah poster melet di depanmu, seperti posternya Albert Einstein. Apakah kamu marah, tersinggung dan sakit hati? Begitu pula seharusnya jika ada orang yang melet di depanmu.
Jika kamu mudah tersinggung dengan hal seperti itu. Kamu akan kehabisan waktu untuk berbahagia. Kalau kamu ladeni, mereka akan senang sekali. Sedangkan kamu akan semakin sakit hati, marah tak terhenti.