Setelah belajar berbagai hal yang kelihatannya tidak ada gunanya. Lahirlah sebuah pemahaman. Pemahaman melahirkan ide.Â
Berangkat dari ide, muncullah hasrat untuk melahirkan sesuatu, menciptakan sesuatu yang kita sebut sebagai sebuah karya. Masih jauh dari kata masterpiece.
Proses untuk menghasilkan karya tersebut dimulai dari membuat sebuah sampah yang bernama draft. Setelah draft selesai, proses tidak berhenti begitu saja. Masih ada proses edit yang melelahkan, menguras keringat dan semangat.Â
Bahkan tidak jarang, draft yang masuk proses editing, harus dilempar begitu saja ke tong sampah. Karena berbagai alasan. Mulai dari kualitas, selera pasar dan kebosanan penulisnya.
Maka benarlah apa yang dikatakan oleh Albert Einstein,Â
Everything should be made as simple as possible, but not simpler.Â
Saya mengartikannya dengan, segala sesuatu harus dibuat sesederhana mungkin, tetapi tidak asal sederhana.
Kata sederhana pun punya banyak makna. Dan tidak semudah itu menjalaninya.
Sesuatu harus dibuat sesederhana mungkin agar mudah mencapai tujuan dan manfaat secara maksimal. Dari niat awal sesuatu itu dibuat. Sesuatu itu dibuat untuk tujuan tertentu. Tujuan tertentu itu hanya bisa diraih secara cepat dan tepat, jika sesuatu itu dibuat sederhana. Hal itu disebut sebagai tepat sasaran, tepat guna.
Segala sesuatu yang terlihat sederhana adalah hasil dari kerja keras yang tidak sederhana. Hasil dari proses kerja yang rumit dan melelahkan.
Proses yang melelahkan itu terjadi karena kurangnya jam terbang orang itu dalam bidang yang ia kerjakan. Semakin tinggi jam terbang seseorang dalam membuat sesuatu. Semakin cepat, efektif dan efisien dalam menciptakan sesuatu yang terlihat sederhana. Meskipun sebenarnya tidak sesederhana yang terlihat.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!