Justru masalah yang tadinya saya pikir rumit, ternyata sangat sederhana. Karena dalam menulis, saya bisa menuliskan berbagai alternatif yang mungkin dan jelas-jelas bisa dilakukan. Dengan metode ini, saya bisa lebih tenang menghadapi masalah.
Menulis buat saya seperti bercurhat kepada otak. Saya menulis dengan hati, supaya segenap kegelisahan menemukan tempatnya. Setelah sekian lama menulis buku diari. Ketika ada waktu luang, saya membaca lagi buku diari itu. Saya tersadar, bahwa saya telah banyak berubah. Saya telah berproses menjadi lebih dewasa, lebih bijaksana dan lebih peduli terhadap apa yang saya rasakan.
4. Mengedit dengan otak
Menurut saya, nasehat paling sederhana dalam menulis adalah menulislah dari hati, mengedit dengan otak. Ketika kita mengedit dengan hati, kita mudah lelah. Apalagi menulis sambil mengedit. Lelahnya bukan main.
Ketika kita, pada tahap awal menulis, tidak memperdulikan typo, kalimat yang tidak koheren, logika terbalik. Tulisan kita lebih mulus meluncur hingga finish.
Tetapi, ketika kita menulis dengan harapan, sekali tulis, tulisan langsung jadi. Kita mendapatkan beban ganda. Beban pertama, mencurahkan segala perasaan dalam karya. Kedua, mengedit segala aspek tulisan supaya sempurna. Sebuah upaya yang berat.
Jika kita membagi tugas dengan menulis dengan hati, mengedit dengan otak. Kita menulis dan mengedit di waktu yang berbeda. Biarkan hati mencurahkan segala keluh kesahnya. Biarkan ia bicara sampai tuntas. Sampai benar-benar selesai. Baru otak kita suruh baca lagi, edit sampai puas.
5. Jangan kebanyakan baca tips menulis
Paradox memang, ketika sekarang kamu membaca tips menulis. Tetapi, justru saya menyarankan kamu untuk jangan kebanyakan membaca tips menulis. Membaca tips menulis itu baik, tetapi, ketika kita mengikuti berbagai tips menulis. Sebenarnya kita sedang ingin memakai banyak gaya dalam menulis.
Berdasarkan pada meme yang sering kita lihat. Gaya mempengaruhi tekanan, semakin banyak gaya, semakin banyak tekanan. Semakin banyak tekanan, kita tidak kunjung menulis.
6. Jangan berharap terlalu banyak