Beberapa tahun kemudian. Saya tahu “rahasia”-nya. Ngeh. Bagaimana lukisan seperti itu bisa terbentuk. Mas Hasan –Founder Rumah Belajar Ilalang- membocorkan rahasianya. Kanvas, kuas, cat lukis dan sedikit gerak estetik.
Memposisikan tubuh untuk aerodinamik. Mudah bergerak sebebas mungkin. Buat jarak yang pas. Tidak terlalu jauh. Tidak terlalu dekat. Jarak ini kunci. Pengaruhnya besar terhadap rentang bintik-bintik warna. Dan bagaimana bercak akan tercipta. Mencelupkan kuas pada cat. Mengangkatnya perlahan. Memposisikan tubuh seperti pelempar bola bekel. Dengan gerakan menyabet sabit. Kuas itu berkibas. Plark. Terperciklah warna-warna indah itu dalam kanvas.
Oh begitu.
Ternyata tidak sesulit yang saya duga. Tidak serumit yang saya kira. Lalu saya mencoba. Seperti yang dilakukan Mas Hasan. Saya menciprat-cipratkan kuas ke arah kanvas. Baru beberapa kali dan saya mulai muak. Warna cipratan saya, merusak lukisan Mas Hasan. Cipratan gak karuan, kaku dan kombinasi warna yang suram. Seolah membunuh estetika. Saya kembalikan kuasnya. Dan menikmati Mas Hasan melukis. Dalam hati, saya membatin, Tidak semua penikmat seni bisa menjadi seniman. (MIJ)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H