Mohon tunggu...
Irgi  Nur Fadil
Irgi Nur Fadil Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Mahasiswa UNIVERSITAS NAHDHATUL ULAMA INDONESIA Fakultas Pendidikan Agma Islam. Aktif di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Di Atas Negeri Saba

8 Februari 2018   15:16 Diperbarui: 8 Februari 2018   15:23 421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"A lonely road, crossed another state line"

Mengawali perjalanan panjang dari ibu kota, lalu singgah ke kota Bogor, Bandung, Banjar, Cilacap, Kebumen, Wonosobo, Temanggung. Setelah acara walimatul usrydi Temanggung selesai kamipun langsung balik lagi ke Wonosobo. Sampai di kawah gunung sindoro, bang Syarif salah satu dari kami yang berasal dari Wonosobo, mengajak kami istirahat sebentar di alun-alun Wonosobo.

Menikmati kopi buatan Mbokde Ginem. Yang terkenal se-Asia. Kopi panas spesial ini di buat sambil mesam-mesem terpengaruh ceramah Kyai Anwar Zahid. Fans beratnya, mungkin. Nyatanya di tengah trotoar jl. Alun-alun Wonosobo ia menikmati rekaman ceramah, di bantu sound aktif dengan volume tinggi, bisa di dengar sampai 5 meteran.

Setelah kopi di sajikan dengan ramah, kamipun bergegas untuk menikmati aroma khas kopi alun-alun Wonosobo. Obrolan hangat antara kamipun berlanjut seru, saling bercerita keunggulan kota ini. Karna duduk kami tidak jauh dari mbokde Ginem. Di tengah-tengah obrolan kami di potong secara halus oleh mbokde Ginem 'mas kalau udah sampai Wonosobo kalau nggak mampir puncak Dieng kurang afdzol loh' timpalnya sambil mengamati kami yang sedang kedinginan.

Kamipun langsung merembuk usulan mbokde Ginem, karena argumennya tadi di betulkan oleh bang Syarif. Tak pikir panjang kami langsung mengiyakan perjalanan ke Dieng. Kopi sudah habis, dan dingin semakin mengikis kulit. Gas, go to Dieng.

Perjalanan dari Wonosobo sampai villa mas Fredy kurang lebih 2 jam perjalanan,suhu yang rendah di tambah hujan lebat tak mempengaruhi semangat kami. kabut tebal, jarak pandang sekitar 2 meter,  jalan berkelok-kelok, untung piston Vario tahun 2013 berdiameter 58 menggenjot 125cc. Peforma mesin lincah halayak kuda di tunggangi koboy handal.

Sampai di villanya mas Fredy, lokasinya tidak jauh dari puncak Dieng. Fikirku stelah sampai, ini adalah tempat persembunyian yang paling pas bagi buronan. Boleh juga yang lagi sakit hati atau demam galau mampirlah di negeri di atas awan ini. Maka kalian akan aman.

Dieng menjadi kota ternyaman di banding kota-kota yang lain, apalagi Jakarta yang semprawut di padati manusia. Puncak Dieng banyak pemandangan yang bisa di nikmati secara cuma-cuma tanpa syarat tetek mbengek yang bisa kalian manfaatkan untuk terapi atau malah untuk me-refreskan otak kalian menghilangkan sgala problem.

Sampai villa, istri mas Fredy sudah menyiapkan air hangat untuk mandi kami. Setelah selesai mandi, kamipun menikmati kopi hitam racikan khas puncak dieng, kopi purwoceng namanya, di temani rintik hujan yang membuat suhu semakin rendah kira-kira 6C. Dingin bukan main. Kulit mulai mengkerut, warna kulitpun ikut memudar hitam lungset menjadi warna putih kebiru-biruan. Bunyi gigi tang ting tang ting, jari tangan menempel dari kelingking hingga jempol, kaku seperti terkena lem alteko. Dinginnya bukan main, seperti di dalam lemari es. Kalau boleh di ganti julukan yang pas untuk kota Dieng adalah negeri di dalam lemari es.

Semakin malam semakin hening villa ini, hanya angin dan embun yang menyapa malam gelap. Nikmat betul, kataku. Jaringan seluler susah di dapat, niat ingin menyampaikan rindupun harus di tunda. Kalaupun bisa aku sampaikan, rasanya hanya sia-sia karna rindu nggak bisa di obati dengan apapun, dan rindu semakin mengobrak-abrik pikiranku.

Hanya bisa terpengkur di depan api. Di temani tembang lawas milik Evenged sevenfold 'Dear god'. Lagu ini sangat populer sejak aku kelas tiga SMP. Aku jadi ingat, teman baikku Bagus Prasetyo, aku sering memanggilnya Unggas. Alasan ku sederhana memanggilnya Unggas, karna dia penyakit yang merusak puluhan wanita. Dia pandai bicara hingga membuat lawan bicaranya hanya bisa diam terpengkur menerima kicuan mulutnya. Pantas kalau dia paling banyak punya cewek di sekolahan, gombalannya mampu mengobrak-abrik hati wanita,dia juga di nobatkan sebagai playboy waktu reuni lebaran kemarin.

Tapi ada baiknya, dia juga menjadi pasangan paling langgeng dengan adanya akad nikah sama Eliza pacarnya sejak kelas 2 SMP. Batinku, gobloknya si Eliza masih mau sama Unggas padahal udah berkali-kali di sakiti. Tapi mau bagaimana lagi kalau cinta dan memang sudah takdir tuhan mereka berjodoh. Goblok hanyalah milik orang yang memandang orang lain rendah, dan mungkin itu diriku. Walah, kok malah ghibah, haha. Jangan marah gus, aku bicara fakta. Udah ah, aku mau balik cerita lagu dear god.

Barangkali SMP adalah kenangan terindah, atau malah kenangan terpahit yang jelas aku sering merindukannya. Rombongan ku adalah anak nakal yang kebetulan di terima di sekolah favorit. Padahal banyak anak yang lebih baik dari kami, namun memang takdir berkata lain.

Setiap jam kosong dan jam istirahat, kami manfaatkan untuk menikmati seputung rokok di kantin wetan, tempat ini masih asri, di bawah rindangnya bambu pinggir sungai aliran dari gunung selo seto. Dan di tambah hijaunya sawah desa Tirtomoyo, kami sulap menjadi bascamp anak nakal yang sering di buru guru BP. Aku dan Bagus menjadi icon BP, karna kami yang memenuhi buku catatan pak Maksum dan pak Tarno. Dari catatan bolos sekolah sampai menjadi pembaharu di sekolah.

Pak Maksum cerita waktu kami main ke BP ''SMP ini berdiri tahun 70-an sekarang umurnya 49 tahun, puluhan ribu alumni SMP ini. Dari berdirinya sekolah ini, dan sekarang sudah menjadi sekolah bertaraf Nasional (SSN), baru kalian yang mabok di dalam kelas', cerita pak Maksum, dan kami hanya duduk diam, dan mengangguk seakan-akan mendengar nasihat dari pak Maksum. Nasihat semakin banyak semakin membuat kami membabi buta untuk berulah di kelas atau di luar kelas.

Kantin wetan menjadi tempat terindah di balik penatnya kelas bu Muji, mata pelajaran IPS yang super keren. Cerita sedikit tentang bu Muji. Bu Muji salah satu guru di SMP-ku, ia salah satu guru yang berpuluh-puluh tahun mengajar, terkenal dengan 'gunting'. Bu muji paling senang buka pangkas rambut dadakan di kelas. Setiap jam bu muji tidak ada yang berani keluar meninggalkan kelas, urusannya bakal fatal kalau sampai alfa, mending di gundul daripada harus berurusan soal absen.

Bu Muji kebagian di jam terakhir hari kamis. Kali ini aku yang kena kejailan Unggas. Kalau tidak salah waktu itu hpku di pinjem Unggas buat hubungi ibu nya, setelah bu Muji masuk kelas hp-pun di kembalikan Unggas. Setengah jam, kelas di sulap menjadi sunyi, mataku mulai memerah karna bosan dan ngantuk yang semakin lama menghipnotisku untuk merebahkan kepala ke meja. 15 menitan aku menikmati alam di bawah sadar. kaget bukan main, hp yang ku masukan di saku celanaku bunyi kencang, nada dering nya dear god, dengan volume yang tinggi suara itu bisa di dengar teman sekelas. Tentu bu Muji mendengarnya, semua mata teman-teman melihatku yang sedang glagapan dengan posisi baru bangun tidur.

Merogoh, kantong celana rasanya susah betul. Setelah berhasil mengambilnya, aku lihat di layar 'Panggilan Masuk Unggas', sontak mulutku berkata 'jancuk koe nggas'.

Bu muji, menghampiriku dengan mata yang terlihat sangat marah, tak segan-segan tangan bu Muji mencubit kupingku dan di putar 90 dan menyeretku ke kantor. Panas, sakit dan malu menjadi satu. Sampai di kantor tak tanggung-tanggung wejangan bu Muji rasanya luama sekali. Endingnya HP-nya di sita selama satu minggu.

Rindu, benar samanu bu, banyak dosaku kalau ingat tingkah nakalku yang dulu.

Oh iya, ada satu lagi yang paling parah, sepatu kananku mampir di kepala bu Muji, kalau yang ini dosa terparah yang aku lakukan. Maafkan aku yang dulu ya bu.

Kembali ke kantin wetan, Setiap tongkrongan lagu dear god menjadi andalan kami untuk menikmati racikan tembakau PT Djarum. Saking ngetrend-nya, lagu ini menjadi nada dering paling laris. Kala itu tak memperdulikan arti lagu, karna lagu ini mempunyai daya tarik sendiri, dari alunan musik hingga suara vokalis nya yang terkenal dengan gaya rock mampu menyulap pendengar hingga merasuk ke urat nadi.

Oh, iya. Dulu unggas sering menghibur kami dengan keahliannya main gitar, membawakan dear god dan size the day menjadi lagu andalannya.
Kini, lagu ini menjadi kenangan indah bareng teman-teman SMP. Seperti lirik yang sengaja aku kutip di atas'jalan sepi, melintasi jalan yang dingin', benar dingin di puncak dieng ini. Dan kini aku merindukanmu sahabat-sahabatku, Unggas, Opok, Bagong.

Aku doakan kalian semoga sukses, jangan lupain temanmu Lencong. Untuk teman-teman yang lain, aku mewakili mereka maafkan kami dulu kami sering bikin kesel kalian. Bu muji, pak Tarno, pak Maksum, bu Asih, bu Resnaning, pak Kadino, pak Sofyan dan guru-guru yang lain maafkan kami dulu kami sering melawan, tapi kalau tidak ada murid yang nakal reuni nggak akan rame. Mungkin, itu saja alasan kami nakal dulu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun