Sekarang aku punya alasan yang cukup jelas untuk menentukan bagaimana caraku untuk bahagia. Alasan itu butuh waktu lama untuk menunggunya. Bahkan hingga merusak sebagian hidupku. Kini alasan itu hadir dengan wujud kehadiranmu.Â
Sebelum hadir mu, waktuku hanya ku buang sia-sia, hanya sekedar untuk merelakan kepergian orang. Meminjam bahasanya pakde Sujiwo Tedjo "tuhan itu maha asik, terkadang demi menyelamatkanmu dari orang yang salah, ia mematahkan hatimu". Aku sangat berharap kamu adalah orang yang benar, yang di sengaja tuhan untukku.
Sejujurnya sekarang bukan hanya kebahagiaan yang mampir dalam hubungan ini. Kadang merasa canggung, kadang merasa malas, kadang juga pengen marah, kadang juga merasa cemburu. Kadang aku bikin kecewa kamu, kadang aku yang merasa. Dan mungkin aku tak se-asyik dulu, tak seceria dulu, suka bawa perasaan, dan mungkin aku membosankan. Begitulah kebahagiaan kadang ia menyamar dahulu, mungkin ini sebagai cara tuhan untuk memberiku waktu untuk belajar memperbaikinya.
Saat ini aku menjadi seorang yang pendiam, acuh dan tidak jelas. Namun diamku selalu ingin tau bagaimana kabarmu. Bahkan aku menjadi seorang yang pendiam yang merindu. Tapi percayalah yang ku lakukan ini adalah caraku untuk mempertahankan, karna aku tau bagaimana rasanya ketika kehilangan dan aku tidak ingin kehilanganmu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H