Mohon tunggu...
Irgi Asy Syifa Rohmah
Irgi Asy Syifa Rohmah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Bismillah Allah mudahkan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Belajar dari Kisah Inspiratif Cut Nyak Dien

12 November 2021   05:31 Diperbarui: 17 November 2022   20:28 5442
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
source: home.iae.nl

Kematian Teuku Ibrahim memang membuat duka di hati Cut Nyak Dhien, tetapi semangat juangnya tidak meredup. Kematian suaminya membuat Cut Nyak Dhien marah dan bersumpah akan meneruskan perjuangan untuk menghancurkan dan mengusir Belanda dari tanah Aceh. Satu bulan setelah Cut Nyak Dhien menjadi janda, datanglah sepupunya yang bernama Teuku Umar. Setelah mereka saling mengenal satu sama lain, Teuku Umar menilai Cut Nyak Dhien adalah sosok perempuan yang agung, bijak, dan tabah menghadapi cobaan. Teuku Umar pun bermaksud menikahi Cut Nyak Dhien dan maksud baiknya diterima oleh Teuku Nanta dan Cut Nyak Dhien.

Kehadiran Teuku Umar menambah kekuatan dalam berisan perlawanan Aceh. Harapan Cut Nyak Dhien pun bangkit, ia mendorong suaminya untuk menyusun kembali kekuatan dengan tujuan untuk merebut kembali wilayah VI Mukim. Namun, pasukan Teuku Umar terus mengalami kesulitan, hingga akhirnya Teuku Umar membuat siasat untuk berpura-pura membelot kepada Belanda agar dapat merampas senjata dan taktik berperang Belanda. Siasat Teuku Umar yang dilakukan secara diam-diam tersebut telah membuat rakyat Aceh kecewa dan tidak lagi mempercayainya karena mengira Teuku Umar telah berkhianat. Ketika Teuku Umar dan pasukannya yang telah cukup memperoleh persenjataan, mereka berusaha melawan kembali pasukan Belanda. Pasukan Belanda dengan cukup terdesak akhirnya mengirim unit De Marsose yang terkenal kejam.Pasukan Teuku Umar yang berusaha menyerang Belanda pun kalah dan Teuku Umar sendiri tewas tertembak sebagai pejuang Aceh.

Tabah dan ikhlas

Kematian Teuku Umar tentu membuat para penjuang dan keluarga Cut Nyak Dhien sedih. Namun, Cut Nyak Dhien adalah sosok wanita yang tabah dan kuat menghadapi berbagai cobaan. Hal tersebut terlihat ketika anaknya, Cut Gambang, menangisi kematian ayahnya, Cut Nyak Dhien memeluknya lalu berkata: 

"Sebagai perempuan Aceh, kita tidak boleh menumpahkan air mata pada orang yang sudah syahid". 

Cut Nyak Dhien tidak larut dalam kesedihan, ia kemudian bangkit melanjutkan perlawanan rakyat Aceh. Dengan tekadnya yang tinggi, ia menggelorakan semangat rakyat Aceh untuk berjuang.

Memiliki tekad dan pendirian yang kuat

Orang-orang Belanda mengira kematian Teuku Umar akan menghentikan peperangan karena semua pemimpin terkemuka Aceh telah habis. Mereka tidak menduga seorang pemimpin wanita yang pemberani masih ada dengan semangat juangnya yang tak padam. Dengan gigih Cut Nyak Dhien memimpin perlawanan rakyat Aceh terhadap Belanda. Meskipun Belanda terus mendesak pasukan hingga mereka harus masuk ke hutan dengan keadaan yang menyedihkan. Cut Nyak Dhien dan pasukannya hidup dengan berpindah-pindah karena selalu diburu Belanda, perbekalan mereka semakin habis, dan tenaga Cut Nyak Dhien pun melemah karena usianya yang semakin tua ditambah kondisi kesehatannya memburuk. Namun, Cut Nyak Dhien tetap gigih dan pantang menyerah. Ketika ada pengikutnya yang merasa putus asa, ia segera mendebatnya dengan berkata: 

"Menyerah, berarti menjadi budak! Aku pantang menjadi budak Belanda!". 

Belanda selalu mengejar Cut Nyak Dhien dan pasukannya, tetapi Cut Nyak Dhien lebih cerdik dalam mengatur strategi. Hal tersebut membuat Belanda tidak bisa menangkap Cut Nyak Dhien dan pasukannya. Namun, salah seorang pengikut Cut Nyak Dhien, Pang Laat, mengadakan kontak dan melakukan kesepakatan dengan Belanda. Pang Laat bermaksud agar Belanda manjamin kesehatan Cut Nyak Dhien dengan memberitahukan persembunyian pasukannya. Demikian, Cut Nyak Dhien dan pasukannya akhirnya dapat tertangkap.

Sesuai dengan kesepakatan, Cut Nyak Dhien mendapat perawatan dan pengobatan khusus. Kondisi Cut Nyak Dhien mulai membaik dan banyak rakyat Aceh mengunjunginya. Kunjungan dari rakyat Aceh tersebut membuat Belanda takut jika Cut Nyak Dhien kembali menggalang kekuatan untuk melakukan perlawanan. Oleh sebab itu, Belanda mengasingkan Cut Nyak Dhien ke Sumedang, Jawa Barat. Pada Akhirnya, Cut Nyak Dhien meninggal dunia di pengasingan pada 6 November 1908.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun