Mohon tunggu...
Irgi Asy Syifa Rohmah
Irgi Asy Syifa Rohmah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Bismillah Allah mudahkan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Belajar dari Kisah Inspiratif Cut Nyak Dien

12 November 2021   05:31 Diperbarui: 17 November 2022   20:28 5442
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
source: home.iae.nl

Cut Nyak Dhien merupakan seorang tokoh pejuang wanita yang terkenal di antara nama pahlawan nasional Indonesia. Ia merupakan sosok pejuang Aceh yang terkenal akan semangat juangnya yang tidak pernah padam dalam melawan pasukan Belanda untuk mempertahankan wilayah Aceh. Perjuangannya dalam mempertahankan wilayah Aceh penuh dengan rintangan dan cobaan, tetapi kesetiaannya pada tanah air terus ia bawa sampai akhir hayatnya.

Cut Nyak Dhien adalah sosok inspiratif yang kisahnya patut dikenang dan diteladani oleh generasi-generasi penerusnya. Kita sebagai pemuda bangsa Indonesia, perlu meneladani perjuangan Cut Nyak Dhien karena ia merupakan sosok wanita hebat yang ditakuti Belanda. Untuk meneladani Cut Nyak Dhien, kita perlu mengetahui bagaimana perjalanan hidup Cut Nyak Dhien. Apa saja yang bisa kita teladani dari beliau?

Wanita yang cerdas dan taat pada agama

Cut Nyak Dhien lahir pada tahun 1850 di Lampadang, wilayah VI Mukim, Aceh Besar. Ayahnya bernama Teuku Nanta Muda Seutia, seorang pemimpin daerah VI Mukim yang dihormati. Sedangkan ibunya adalah putri Uleebalang, seorang keturunan bangsawan terpandang di Lampagar. Cut Nyak Dhien muda mendapat pendidikan agama Islam dan pendidikan yang berkaitan dengan perempuan seperti memasak oleh orang tuanya. Ia adalah gadis yang menaati orang tua, Cut Nyak Dhien tumbuh menjadi gadis berparas cantik, santun, berbudi dan cerdas sehingga membuat banyak pemuda terpikat olehnya. Atas pilihan ayahnya, Cut Nyak Dhien dinikahkan dengan Teuku Ibrahim Lamnga, seorang pemuda berdarah ksatria yang taat agama, berwawasan luas dan berpendidikan.

Setia dan cinta tanah air

Pada tahun 1873, Belanda menyerang Aceh dan perang Aceh pun meletus. Keluarga Cut Nyak Dhien ikut berperang mempertahankan daerahnya. Teuku Nanta memimpin rakyat wilayah VI Mukim dan menantunya, Teuku Ibrahim, selalu berada di garis depan untuk memimpin pasukan. Sejak saat itu, Cut Nyak Dhien dan anaknya ditinggal suaminya dan hanya dijenguk sesekali. Pada 1875, Belanda mulai memasuki wilayah IV Musim sehingga semua rakyat diperintahkan untuk mengungsi.

Cut Nyak Dhien pun terpaksa mengungsi meskipun harus susah payah hidup di hutan dengan berpindah-pindah. Sebelum pergi, Cut Nyak Dhien berkata pada suaminya,

"Engkau akan berjuang mati-matian. Pertahankanlah tanah air kita dari kafir jahannam itu. Tentang diriku dan anak ini, tidak perlu engkau risaukan. Pergilah ke medan perang. Hancurkan musuh kita." 

Namun, pada pertempuran tersebut pasukan Teuku Nanta dan Teuku Ibrahim terdesak hingga akhirnya Teuku Ibrahim tewas terkena peluru musuh dan tentara Belanda memenangkan pertempuran tersebut.

Tegar dan pantang menyerah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun