Mohon tunggu...
Irgi Zamzami
Irgi Zamzami Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Sang pencinta seni

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Pertunjukan Wayang di Depan Kelir Museum Wayang

18 Desember 2023   02:04 Diperbarui: 18 Desember 2023   04:31 575
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 2: Koleksi wayang Museum Wayang Jakarta /Koleksi pribadi

Wayang kulit adalah sebuah seni pertunjukkan Wayang kulit merupakan salah satu seni pertunjukan tradisional Indonesia yang menggunakan bayangan wayang yang diproyeksikan pada layar atau kelir. 

Biasanya, pertunjukan ini dipentaskan oleh seorang dalang yang mengendalikan wayang-wayang dari belakang layar sambil menceritakan cerita yang biasanya diambil dari epik Ramayana atau Mahabharata.

Berbicara tentang wayang kulit sendiri, tentu memiliki satu ciri khas yang tak ada pada jenis wayang lain yaitu kelir. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kelir merujuk pada kain putih tembus pandang yang digunakan sebagai media proyeksi untuk bayangan wayang. Biasanya, bayangan wayang diproyeksikan ke kelir dari belakang sehingga penonton dapat melihatnya dari depan.

Namun, dalam pagelaran wayang yang ditampilkan di Museum Wayang yang berada di lokasi wisata Kota Tua Jakarta penggunaan kelir sedikit berbeda. Di museum ini, penampilan wayang yang dimainkan oleh dalang ditunjukkan secara langsung di depan kelir. Jadi, para penonton yang menyaksikan pertunjukkan tersebut dapat melihat secara langsung proses penampilan wayang yang dilakukan oleh dalang.

Tentu saja hal ini dilakukan bukan tanpa sebab. Ada beberapa alasan kenapa pertunjukan wayang dilakukan di depan kelir. 

Salah satu alasan utama adalah untuk memberikan kesempatan kepada penonton, terutama yang mungkin belum pernah menyaksikan proses di balik layar, untuk melihat bagaimana dalang mengendalikan wayang.

Gambar 2: Koleksi wayang Museum Wayang Jakarta /Koleksi pribadi
Gambar 2: Koleksi wayang Museum Wayang Jakarta /Koleksi pribadi

Menyandang status sebagai "museum", yang secara pengertian adalah sebuah tempat penyimpanan dan pameran benda-benda langka, seni, ilmu pengetahuan, dan sebagainya, yang berkaitan dengan sejarah, kebudayaan, dan lain-lain untuk dipelajari atau dipandang oleh orang banyak. Tentu saja dengan ini pihak Museum Wayang menempatkan dalang dan wayang agar berada di depan kelir.

Karena tujuannya akhir yang ingin dicapai dari pagelaran tersebut, adalah menjadi bentuk upaya pelestarian kebudayaan wayang kepada masyarakat. khususnya bagi masyarakat awam yang belum pernah mengenal wayang. Apalagi untuk sepenuhnya memahami wayang, seseorang perlu memahami konteks sejarah, mitologi, dan nilai-nilai budaya yang terkait daerah yang diwakilkan dalam pewayangan. Hal ini tentu menjadi sebuah tantangan bagi orang yang tidak terbiasa dengan latar belakang budaya daerah tersebut.

Lalu alasan kedua, bertujuan agar nantinya para penonton dapat mengenali tiap karakter dalam wayang. Terlebih lagi tokoh-tokoh yang ada dalam pewayangan yang terlalu banyak, dikhawatirkan akan membuat penonton awam kebingungan dengan karakter yang ditampilkan jika hanya dipertunjukkan dalam wujud bayangan.

Dengan memposisikan dalang yang memainkan wayang berada di depan kelir, penonton mungkin akan lebih mengenali karakter yang ditampilkan. Misalnya dalam segi pewarnaan wajah wayang seperti tokoh wayang dengan wajah merah atau merah muda mencerminkan sifat yang tegas, kurang sabar, cepat marah, berani, dan agresif; wajah hitam mencerminkan sifat yang tenang, bijaksana, teguh, mulia, dan bertanggung jawab; wajah putih melambangkan kebersihan dan kesucian; wajah perana (warna kuning emas) menggambarkan sifat yang seimbang; dan wajah biru atau hijau mencerminkan sifat yang sempit, takut, dan kurang bertanggung jawab (Sujatmono: 1922).  

Kesimpulan dari teks di atas adalah, wayang kulit merupakan seni pertunjukan tradisional Indonesia yang menggunakan bayangan wayang yang diproyeksikan pada layar atau kelir. 

Dalam pertunjukan wayang kulit di Museum Wayang di Kota Tua Jakarta, kelir digunakan sebagai media proyeksi, dan dalang dengan wayangnya ditempatkan di depan kelir agar penonton dapat melihat secara langsung proses pertunjukan. 

Tujuan utama dari penempatan dalang di depan kelir ini adalah untuk memberikan kesempatan kepada penonton, terutama yang belum pernah melihat proses di balik layar, untuk memahami cara dalang mengendalikan wayang. Selain itu, penempatan ini juga merupakan bagian dari upaya pelestarian kebudayaan wayang, khususnya bagi masyarakat yang belum familiar dengan seni pertunjukan ini. 

Penonton juga diharapkan dapat lebih mengenali karakter-karakter dalam wayang, terutama melalui pewarnaan wajah wayang yang mencerminkan sifat dan kepribadian masing-masing tokoh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun