Mohon tunggu...
Achmad Irfanu Maulana
Achmad Irfanu Maulana Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Pelajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menjadi Diri Sendiri adalah Suatu Doktrin Pesimisme

18 Februari 2021   18:10 Diperbarui: 24 November 2023   10:20 1174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Doktrin menjadi diri sendiri, selama ini sering dipahami sebagai sebuah penerimaan atas kekurangan dan kelebihan diri, tanpa disertai effort memperbaiki kekurangan dan mempertahankan kelebihan.

Menjadi diri sendiri tanpa dibarengi upaya mengintrospeksi diri ibarat bunuh diri, dalam artian, kita membiarkan diri ini membusuk dengan keterbatasan yang kita punya. Karena, menjadi diri sendiri harus memahami diri kita sendiri; kurangnya di mana dan apa yang harus diperbaiki pada diri kita.

Bagaimana mungkin hendak menjadi diri sendiri, sementara kita belum mengenal betul diri kita sendiri.

Jangan sampai doktrin menjadi diri sendiri dijadikan pembelaan atas perilaku buruk dan keterbatasan kita.  

Jika menjadi diri sendiri adalah dengan keras kepala tanpa pernah mau mendengar nasihat orang lain, maka, sejatinya itu bukan diri kita.

Jika menjadi diri sendiri adalah dengan memelihara kebiasaan berperilaku buruk yang merugikan orang lain, maka, sejatinya itu bukan diri kita. 

Jika menjadi diri sendiri dengan memelihara kebiasaan malas yang merugikan diri sendiri, juga, sejatinya itu bukan diri kita.

Sadarilah! Bahwa hal-hal buruk yang kita lakukan bukanlah bersumber dari diri kita, itu adalah bisikan setan yang ingin menjadikan kita larut dalam kegelapan dan menjadi seperti mereka.

Perlu diingat, bahwa sangat kecil sekali untuk benar-benar bisa menjadi diri sendiri. Karena, pasti ada pengaruh dari luar yang turut membentuk perilaku dan karakter seseorang. 

Dan, mungkinkah seseorang menjadi pribadi yang baik tanpa adanya pengaruh, bimbingan dan uswah dari orang lain(?). Jawabannya tidak akan mungkin terjadi. Karena, tidak ada manusia yang terlahir dengan sempurna. Memang, pernyataan tersebut adalah pernyatan yang klise, namun itulah yang seharusnya dijadikan pijakan.

Oleh karenanya, kita perlu mengadopsi diri orang lain untuk dikombinasikan menjadi bagian dari diri kita, dengan syarat, yang kita adopsi adalah sesuatu yang masih berada dalam koridor kebaikan, dan bisa membuat diri kita semakin membaik.

Kita tidak harus menjadi diri sendiri dengan segala keterbatasan dan keburukan yang kita miliki. Namun, kita harus melihat orang lain yang jauh lebih baik untuk dijadikan acuan atas pribadi seperti apa yang kita inginkan.

Menjadi diri sendiri justru tidak membawa pada suatu kebaikan, karena hal tersebut menandakan egoisme kita terhadap diri kita pribadi. Maka, lebih baik menjadi seeperti orang lain yang bisa membawa diri kita ke arah kebaikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun