Mohon tunggu...
Irfan Muttaqien
Irfan Muttaqien Mohon Tunggu... -

...and We Walked without Words..

Selanjutnya

Tutup

Politik

Konsep Kepemimpinan (Sebuah Kajian Sederhana)

30 Mei 2011   15:59 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:03 739
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Akhirnya, hasrat menulisku harus dilampiaskan juga. Tak perduli akan tanggapan si pembaca, atau seberapa banyak faedah yg bisa diserap pembaca. Aku hanya berharap tulisan kali ini dapat memberikan ruang sedikit bagi otak yang sudah penuh akan rencana & wacana. Insya allah..

Bicara soal kepemimpinan, kita tak bisa lepas dari sosok manusia manusia paling berpengaruh di dunia : Muhammad SAW.

Dan, dari membaca kisahnya, mendengarkan ceramah-ceramah di televisi, dan melihat tendensinya dengan perpolitikan masa kini, maka pantaslah baginda Rasulullah SAW di jadikan acuan sebuah konsep kepemimpinan.

Tak dapat dipungkiri, Muhammad SAW sukses dari segi keagamaan dan sebagai organisator handal. Dan tentu, sebagai makhluk sosial, hal tersebut tak bisa lepas dari orang-orang yang berada di sekeliling beliau.

Seperti kita ketahui, kesuksesan Nabi Muhammad SAW dalam menyampaikan syiar keagamaan nya di dukung oleh 4 orang sahabat utama : Abu bakar As Siddiq, Umar ibnu Khatab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib. Dimana keempat orang sahabat tersebut mewakili tiap-tiap karakter "Staf Ahli" yang dibutuhkan seorang pemimpin.Berikut sebuah kajian sederhana oleh saya ( yang mungkin saja sudah banyak diketahui, namun sering dilupakan ) yang harus diperhatikan oleh mereka yang hendak menjadi Anggota legislatif, Walikota, Gubernur, Presiden, dan berbagai posisi kepemimpinan pada era perpolitikan masa kini, berikut :

1. Si Bijaksana ( Abu Bakar As Siddiq ), Setiap pemimpin harus memiliki seorang staf ahli yang mewakili karakter Abu Bakar As Siddiq, sebagai orang yg bijaksana, sebagai orang yang dituakan dan menjadi tempat berbagi curahatan hati, yang diharapkan nasihat dan petuahnya. Dalam era perpolitikan masa kini, karakter Abu Bakar As Siddiq dapat dijumpai pada diri alim ulama ( meski kini sangat disayangkan banyak alim ulama yg "menjual" Akidah agamanya hanya demi uang & kekuasaan ). Jadi, seorang pemimpin masa kini harus "memegang" Alim ulama, harus bisa "mengikat" para tokoh agama dan tokoh masyarakat itu menjadi bagian dari kepemimpinannya, maka insya allah kepemimpinannya akan lebih langgeng.. dan semoga saja bermanfaat bagi umat.

2. Si Kuat yang Berkuasa ( Umar Ibn Khatab ), tak dapat dipungkiri, di negara tercinta kita Republik Indonesia, Preman/Mafia memiliki peranan penting dalam langgeng atau tidaknya kekuasaan seorang pemimpin, meski belum saya temui apa peranan para "Mafia" itu bagi kemaslahatan umat ( hampir tak ada ! ). Betapa cerdas Rasulullah SAW, ketika ia mampu meluluhkan kerasnya hati seorang Umar ibn Khatab, orang yang paling ditakuti seantero jazirah Saudi Arabia. Dan tak pelak, hal itu berpengaruh besar bagi perkembangan dakwah baginda Rasul. Dalam konteks kekuasaan masa kini, seorang pemimpin haruslah menjaga hubungannya dengan orang yang punya kekuatan dan massa. Saya coba contohkan, Seorang pemimpin haruslah "bergandengan" dengan ketua Organisasi KePemudaan (OKP) semacam Pemuda Pancasila, Ikatan Pemuda Karya dan lain-lain.  Ataupun, seorang presiden hendaklah "merawat" seorang panglima TNI yang notabene pemilik segala jenis persenjataan pemusnah kekuasaan ! Jadi, jika "Preman" nya nyaman. Maka toke nya bakal ikutan aman. :D

3. Si Kaya Raya ( Utsman bin Affan ), sepert kata "pepatah" batak :  "hepeng nang mangatur nagaraon" (semoga tulisannya ga' salah) yang artinya, Duit yang mengatur negara ini !!.  Utsman bin Affan, sosok kaya raya yang dermawan, berperan besar dalam perjalanan dakwah baginda Rasul, berjihad dengan hartanya.  -Maha besar alloh yang sudah menitipkan seorang utsman dalam perjalanan dakwah nabi Muhammad SAW-.  Di masa sekarang ini, para juragan inilah sesungguhya Si Penguasa, karena para juragan ini yang dapat menentukan mulusnya perjalanan sebuah kepemimpinan. Tanpa uang, kekuasaan akan sulit diraih. Pilkada butuh duit, Pilpres butuh duit, hingga suap menyuap yang kerap dilakukan  para koruptor di negara ini dapat berjalan mulus karena nominal uang begitu memukau si penegak hukum ! ( mengerikan ). Jadi, kekuasaan identik dengan uang. Dan dalam perjalanan meraih kekuasaan, seorang pemimpin hendaklah memiliki "donatur" yang royal & loyal kepadanya. Maka hal tersebut akan membuat kekuasaan menjadi langgeng..

4. Si Cerdas yang Kharismatik ( Ali bin Abi Thalib ), Dunia kampus yang selalu identik dengan para intelektual muda, kerap menjadi momok menakutkan bagi pemimpin yang sedang berkuasa, banyak kekuasaan lengser akibat "ulah" para intelektual muda ini. Segala puji bagi Ali, yang mana buah pemikirannya tlah membantu nabi Muhammad SAW dalam berdakwah dan memecahkan permasalahan umat kala itu. Kini, para pemimpin hendaknya merangkul para intelektual muda ini, ataupun menggandeng institusi para intelektual muda ini bernaung sebagai "sahabat" demi langgeng nya sebuah kekuasaan. Saya ambil contoh, bagaimana PDI Perjuangan menggandeng Budiman Sudjatmiko yang sebelumnya dikenal sangat anti pemerintah :p. Ataupun Partai politik lain yang merangkul para aktivis kampus sebagai kader partai (semoga bukan karena alasan perut mereka mau bergabung :p ) Orang-orang dengan karakter umum yg dimilki Ali, sangat dibutuhkan oleh para pemimpin masa kini.

Jadi, bagi yang ingin menjadi pemimpin, terlepas dari baik buruknya sebuah kepeimpinan, haruslah memiliki 4 orang Staf Ahli Utama yang mewakili karakter umum Sahabat-sahabat utama Baginda Rasul.

Mengagumkan, betapa Islam sesuai dengan makna katanya yaitu Keselamatan, tlah memberi kita berbagai pencerahan di berbagai bidang tak terkecuali politk.

Semoga karya tulis sederhana ini bermanfaat, sembari saya berharap, semoga kedepannya kita menemukan sosok pemimpin yang peduli pada rakyat yang dipimpinnnya.  Semoga era kepemimpinan yang Thogut tidak terus berkelanjutan di negara yang kita cintai ini.  Amiiinn.. :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun