You kill my will
Di depan Universitas Yarsi saya loncat. Hari mulai gelap. Adzan maghrib sudah berlalu. Saya lihat jam di ponsel, tapi malah ada pesan yang belum terbaca, rupanya diterima tadi jam lima sore, isinya dari Rumah Buku Bandung : Kineruku akan memutar film “Babi Buta yang Ingin Terbang”, jam 18.30, akan hadir sutradara dan salah satu pemainnya, Edwin dan Ladya Cherryl. Maaf Bung, saya sekarang di Jakarta, tak ada waktu lagi untuk menghadiri acara di Rumah Buku Bandung. Saya hapus pesan itu, jam sudah duduk di 18.20, dan ternyata hujan belum menyerah, dia turun lagi.
Besok minggu, saatnya membeli Kompas. Saya tidak bisa bertahan lama membaca di Kompas.com, radiasi layar monitor membuat mata menjadi cepat lelah. Dan pagi itu segera bergegas ke tukang koran, lalu di dalamnya mendapatkan agenda budaya : Festival Fim Eropa, 29 November-2 Desember 2010. Saya lihat kalender, ternyata hari kerja semua, niat nonton saya kubur. Adapula pemutaran yang lain, restropeksi untuk pembuat film Ghost Writer, tanggalnya sama saja, tidak bersahabat dengan agenda jam kerja. Sementara JIFFest pun belum jelas kabarnya, panitia masih melobi pemerintah untuk menutup dana yang masih kurang. Jika sampai tanggal 1 November belum terkumpul satu milyar, maka JIFFest 2010 batal. Apalagi yang tersisa?, semuanya seperti sedang berkonspirasi untuk memojokkan saya yang tengah down. Sudah lama tak membuka facebook, lalu login. Ada agenda launching album terbaru Bangkutaman di Kemang, waktunya malam jum’at, jam 20.00 wib, saya lupakan. Headline koran tidak saya baca, isinya melulu tentang bencana.
Saya berpindah ke majalah yang dibawa dari Kelapa Gading. Ada Mocca di Rolling Stone, mereka mengeluarkan mini album : Butterfly on My Tummy. Zeke Khasali membuat album solo, yang meresensi menulis bahwa lagu-lagunya susah dicerna karena liriknya rumit dan kualitas rekaman yang buruk. Majalah musik kurang bisa saya nikmati, saya beralih ke Tempo. Bahasanya lumayan, tapi masih bagus bahasa Tempo yang sebelum dibredel Orba. Bosan. Majalah sudah habis, sementara buku tak lagi mengundang selera. Penghuni kost yang lain mulai berdatangan, lalu lingkaran kecil berjumlah lima orang terbentuk, isinya hanya obrolan ringan, makanan ringan, softdrink, dan asap cigarette yang resikonya tidak ringan. Di antara lingkaran kecil itu saya mulai mengidentifikasi diri lagi, apa sebenarnya yang menjadi motor penggerak, dan saya mendapatkan ini :
- …….
- …….
- …….
- …….
- …….
Hanya lima poin, itulah peta yang bisa dilacak. Tapi saya sedang sakit, motor penggerak itu tak berkutik. Malamnya lihat Mario Teguh, boleh juga si bapak ini. Ada sekira tiga poin yang masuk ke telinga dan susah keluar lagi, salah satunya kira-kira begini : “Hebatkan diri sendiri agar pantas dimiliki oleh orang hebat.” Saya kembali teringat jalan istiqomah, saya harus kembali ke jalan yang telah menemani selama ini. Kemudian bertemu dengan To Kill A Mockingbird dan From Beirut to Jerussalem, saya tengok harganya : tak sesuai dengan kantong akhir bulan. Saya cari di lapak buku bajakan : tidak ada. Saya pulang.
Even though I tried to save you
Even though I tried to save you. [ ]
25.10.2010
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H