Mohon tunggu...
Irfan Suparman
Irfan Suparman Mohon Tunggu... Penulis - Fresh Graduate of International Law

Seorang lulusan Hukum yang hobi membaca dan menulis. Topik yang biasa ditulis biasanya tentang Hukum, Politik, Ekonomi, Sains, Filsafat, Seni dan Sastra.

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Psychedelic Art dalam Arsitektur Masjid di Iran

20 September 2022   14:27 Diperbarui: 20 September 2022   14:35 967
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Psychedelic art merupakan aliran seni yang memiliki nilai estetika atas perpaduan warna yang mencolok, garis yang bergelombang, dan bentuk yang berbeda. Umumnya Psychedelic art dikenal karena seni visual seperti seni lukis dan desain grafis. Bentuk-bentuk dari aliran ini juga dapat dinikmati dalam ornamen di Masjid tempat peribadatan umat muslim di Iran. Namun, ornamen dalam arsitektur masjid di Iran belum bisa dikatakan sebagai Psychedelic art sebelum kita mengenal Psychedelic art secara komprehensif.

Dari buku The Honest Art Dictionary A Jovial Trip Through Art Jargon (2020) Psychedelic art atau Seni Psikedelik adalah seni yang terinspirasi dari pengalaman psikedelik. Untuk mendapatkan pengalaman psikedelik seseorang harus mengkonsumsi senyawa kimia yang dapat membangkitkan pengalaman itu, seperti LSD, Meskalin, DMT, atau Magic Mushroom.

Untuk membuat Psychedelic art tidak harus mengkonsumsi hal yang disebutkan di atas, karena senyawa tersebut dapat merubah fungsi motorik seseorang dan membuat sulit berkonsentrasi, sehingga orang yang menggunakannya akan sulit membuat gambar. Terinspirasi keadaan tersebut, Psychedelic art mencoba memanifestasikan pengalaman itu ke dalam karya seni.

Seniman-seniman Psychedelic art juga muncul dalam budaya tandingan di Amerika Serikat pada tahun 1960-an. Mereka menggunakan LSD sebagai wahana rekreasi untuk mengeluarkan imajinasi dan kreativitas mereka. Dari budaya tersebut, muncul musik-musik psychedelic rock seperti Jimi Hendrix, The Door, dan Jefferson Airplane.

Kata "Psychedelic" berarti memanifestasikan pikiran atau mewujudkan pikiran. Lebih jelas lagi, psychedelic mencoba melahirkan visualisasi dari pikiran dan perasaan. Sayangnya, istilah itu dekat sekali dengan penggunaan narkoba. Namun, Psychedelic art mencoba keluar dari zona itu, ia membersihkan Psychedelic art dari lingkaran setan itu.

Psychedelic art bukan persoalan seniman dengan mengkonsumsi zat psikedelik sebagai modal untuk berkarya. Psychedelic art lebih suci dari itu, ia adalah manifestasi dari pikiran dan perasaan. Untuk itu dalam menciptakan karya seni psikedelik tidak harus menggunakan zat psikedelik secara sembarangan, namun zat psikedelik memiliki sejarah dalam beberapa kebudayaan masyarakat di dunia ini. Salah satunya penggunaan zat psikedelik dari tumbuhan ayahuasca di Hutan Amazon. Ayahuasca memiliki senyawa bernama DMT, penggunanya bisa merasakan sensasi bertemu dengan Tuhan.

Dilansir dari Cultural Survival, Ayahuasca adalah minuman suci yang memiliki sejarah panjang penggunaan ritual di antara kelompok-kelompok adat di Amazon Hulu. Minuman itu terbuat dari batang pohon anggur ayahuasca (Banisteriopsis caapi, atau di Quechua, "pohon anggur nenek moyang") dan daun chacruna (Psychotria viridis) atau chagropanga (Diplopterys cabrerana). Hal itu menandakan bahwa zat psikedelik sebagai ritual dalam kebudayaan tertentu, seperti di Hutan Amazon, Brazil. Masyarakatnya menggunakan ayahuasca sebagai pengobatan dan ritual. Berbeda dengan di Brazil, agama Zoroaster atau majusi juga menggunakan tumbuhan sebagai minuman suci sebagai ritual upacara keagamaan mereka.

Dalam buku Jejak Sang Nyawa (2015) karya Agus Mustofa yang meneliti tentang gen manusia, mengungkapkan Zoroaster merupakan agama yang dianut dalam bangsa persia kuno. Wilayahnya berada di sekitar Iran sekarang. Agama Islam mengenal Zoroaster sebagai Agama Majusi, yaitu penyembah Api. Perkembangan zoroaster sezaman dengan perkembangan Hindu-Budha di India, yakni sekitar abad ke-6 sebelum masehi. Dalam ritual kunonya, Zoroaster menggunakan tanaman bernama Haoma sebagai tradisi. Namun, dalam beberapa penelitian yang dilakukan para ahli menyebutkan bahwa Zoroaster telah melarang penggunaan Haoma. 

Seorang peneliti Philip H. Farber menulis High Magick : A Guide to Cannabis in Ritual & Mysticism (2020) menyebutkan bahwa Zoroasterisme memuji Haoma tapi melawan Mada (Tuhan dalam agama Zoroaster) hal itu tertuang dalam ayat-ayat dalam Avesta (Kitab Agama Zoroaster). Namun, belum dipastikan itu adalah haoma yang benar atau bukan, haoma yang digunakan dalam sakramen itu mengandung psikoaktif. Keberadaan haoma dalam agama kuno bangsa Persia menunjukan bahwa masyarakat menggunakan zat psikoaktif untuk mendapatkan substansi dengan ilahi. Haoma masih sering digunakan dalam ritual Zoroaster, setidaknya tidak terlalu sering sampai datangnya agama Islam di Persia.

Psychedelic sekali lagi bukanlah suatu jenis aliran seni semata, namun memiliki sejarah yang panjang. Salah satunya adalah untuk mencari pengalaman spiritual. Dalam literatur yang membahas tentang psikedelik dan spiritual, ditemukan istilah Entheogen, yaitu sebuah substansi psikoaktif yang menimbulkan pengalaman spiritual. Jadi, Psychedelic art dapat mengeksplorasi ke dalam diri untuk mencapai pengalaman yang transendental. Bagi umat muslim, masjid merupakan sarana untuk peribadatan dan untuk berdoa kepada Allah S.W.T.

Dekorasi kaca patri di Masjid Nasir al-Mulk. Gambar oleh Tom Baars dari Pixabay.
Dekorasi kaca patri di Masjid Nasir al-Mulk. Gambar oleh Tom Baars dari Pixabay.

Di Iran terdapat banyak sekali arsitektur masjid yang memiliki corak seperti Psychedelic art. Salah satunya adalah Masjid Nasir al-Mulk di Shiraz, Iran. Masjid itu dibangun pada tahun 1876 atas perintah dari Mirza Hassan Nasir-ol-Mulk, yang merupakan putra seorang bangsawan Shiraz, yaitu Ali Akbar Qavam al-Mulk. Bangun Masjid Nasir al-Mulk rampung pada tahun 1888. Hingga hari ini, bangunan dan dekorasi masjid ini masih persis seperti dahulu. Seorang arsitek yang merancang bangunan ini adalah Mohammad Hasan-e-Memr dan Muhammad Reza Kashi Paz-e-Shirazi. 

Jenis arsitektur ini, kemudian dikenal sebagai arsitektur bergaya Iran. Penulis belum menemukan asal-usul kedua arsitek yang mendesain bangunan fenomenal ini. Jadi, belum bisa dipastikan apakah bangunan Masjid Nasir al-Mulk terinspirasi dari pengalaman psikedelik. Namun, bisa dipastikan warna-warna dan garis-garisnya sangat identik dengan Psychedelic art yang berkembang pasca budaya tandingan Amerika Serikat tahun 1960-an.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun