Bagi pihak yang Pro mereka menelisik jejak masa lalu pada masyarakat Sulawesi yang juga menggunakan aksara Arab ke dalam Bahasa Wolio.
"Mereka berargumen bahwa adaptasi aksara Korea menjadi aksara Cia-Cia itu sangat mungkin, seperti dinamika yang terjadi pada masa lalu juga adaptasi aksara Arab menjadi aksara Buri Wolio aksara yang digunakan untuk bahasa Wolio. Kenyataannya dengan adaptasi aksara Arab tidak membuat masyarakat memiliki identitas budaya Arab," tulis Mikkha, Peneliti  Peneliti pada Pusat Penelitian dan Kebijakan Pendidikan dan Kebudayaan Badan Penelitian dan Pengembangan, Kemendikbud.
Sementara itu, pihak yang kontra berargumen memiliki ketakutan kalau suatu saat Bahasa Cia-Cia malah tercampur dengan Bahasa Korea.
"Masuknya aksara Korea ke dalam bahasa Cia-Cia justru mengakibatkan percampuran bahasa antara bahasa Cia-Cia dan bahasa Korea, yang akhirnya akan diikuti oleh masuknya kosa kata dan istilah bahasa Korea dalam bahasa kata Cia-Cia," kata pihak yang kontra, seperti yang ditulis Mikhha.
Demikian keragaman bahasa dari seluruh wilayah di Indonesia yang perlu dilestarikan dan penting untuk diketahui bersama. Bahasa Cia-Cia akan tetap dipakai dan dilestarikan oleh masyarakat di Pulau Buton, Sulawesi Tenggara.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H