Demi setan atau Demi Tuhan ini pasti kejadian di mana entah, tapi di Indonesia pasti ada. Anak-anak tidak lagi bertegur sapa dengan temannya karena tidak jelas ke mana perginya. Mereka saling merantau ke kota orang. Tidak ada rumah yang membuat mereka untuk pulang.
Bagi mereka yang merasakan itu semua, aku berikan doa. Semoga tanah yang kau tinggali subur, semoga jahanamnya modernisme mendapatkan malapetakanya. Terimakasih Silampukau, lagumu kadang bisa membuat aku berpikir demikian.
Untuk itu tulisan ini dibuat sebagai rasa hormatku kepada sang pencipta lagu dan juga Tuhan karena telah memberikanku tubuh yang sehat dan pikiran yang jernih. Yang menjadi penutup tulisan ini adalah renunganku. Aku belum cukup untuk pulang, aku masih kuat dan bisa berpetualang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H