Sehingga dorongan untuk berpikir dan bersikap positif perlu dilandasi berbagai pertimbangan akan resiko dan dampak yang terjadi, baik bagi diri sendiri maupun orang lain.Â
Tidak ada salahnya memaafkan seseorang yang menyakiti kita akan tetapi maaf saja tidak serta menyadarkan orang atas perilaku jahat yang diberikan.Â
Seseorang harus diberikan kesadaran supaya orang itu mengerti atas perbuatannya itu merupakan kesalahan, sehingga membuat orang lain terluka hatinya. Memberikan saran untuk tetap semangat saat kondisi sedang terpuruk sepertinya bukan ide yang baik, deh.
Kalimat positif bisa digunakan juga kok, asalkan kita bisa melihat situasi dan kondisi orang tersebut. Apabila orang tersebut dalam kondisi yang sangat bersemangat dan motivasi yang tinggi, lebih baik kita dorong dengan kalimat positif yang tidak mematahkan semangat orang tersebut.
Apresiasi atas proses perkembangan orang lain itu perlu dilakukan, energi positif ditambah dengan energi positif lagi akan menjadi energi double positif sehingga semangat akan terus membara.
Untuk itu mari tingkatkan kecerdasan emosional kita untuk dapat memahami emosi orang lain supaya mampu menanggapi emosi orang lain dengan bijaksana. Toxic Positivity akan dipelajari sebagai pedoman untuk menghargai perasaan orang lain. Beberapa  hal bisa dilakukan untuk meningkatkan kecerdasan emosional.
Saya juga mengutip dari Hello Sehat bahwa meningkatkan kecerdasan emosional sangatlah penting, berikut beberapa cara untuk meningkatkan kecerdasan emosional, yaitu Kurangi emosi negatif, Berlatih tetap tenang dan mengatasi stres, Berlatih mengekspresikan emosi yang tak mudah, Bersikap proaktif, bukan reaktif, saat berhadapan dengan orang yang memicu emosi Anda, Kemampuan untuk bangkit dari kesulitan dan Kemampuan untuk mengungkapkan perasaan dalam hubungan pribadi.Â
Hal-hal tersebut mampu untuk membangkitkan kecerdasan emosional supaya kita bisa merespon hal yang toxic dan tidak merespon dengan toxic positivity.
Saya kira bahwa kesehatan mental sangatlah penting dipahami dan didiskusikan bersama orang terdekat seperti keluarga, sahabat, teman dan rekan di sekolah, kantor maupun di organisasi.Â
Supaya mereka mampu menarik kesimpulan dari pembahasan Toxic Positivity. Dengan begitu kecerdasan emosional dalam ruang lingkup terdekat semakin bertambah seiring perkembangan ilmu psikologi. Inilah tujuan mencapai kebahagiaan bersama dengan menciptakan ruang lingkup yang tidak toxic positivity.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H