Mohon tunggu...
Irfan Suparman
Irfan Suparman Mohon Tunggu... Penulis - Fresh Graduate of International Law

Seorang lulusan Hukum yang hobi membaca dan menulis. Topik yang biasa ditulis biasanya tentang Hukum, Politik, Ekonomi, Sains, Filsafat, Seni dan Sastra.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mempertanyakan Makna Setiap Sila Pancasila

1 Juni 2021   13:46 Diperbarui: 1 Juni 2021   13:56 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Mempertanyakan Makna Setiap Sila dari Pancasila?

 

Bagaimana perasaan anda ketika anda dicap orang yang tidak pancasilais? Sebagai seorang yang cinta tanah air, pasti anda akan membantah labeling seperti itu. Tapi kalau saya, saya akan mempertanyakan kembali. Seperti apa orang yang paling pancasilais itu?. Orang yang hafal lima sila kah? Atau orang yang dijadikan Duta Pancasila karena telah menghina pancasila.

Pancasila sendiri hadir ditengah bombardir perang dunia ke II. Tepatnya, Pada tanggal 1 Juni 1945, Presiden pertama Indonesia Bapak Ir. Soekarno menyebutkan Pancasila dalam pidatonya. Karena hal itulah, setiap tanggal 1 Juni diperingati Hari Pancasila. Bagaimana cara memperingati Hari Pancasila yang Pancasila?

Apa landasan orang-orang menjadi begitu fanatik dengan Pancasila? Apakah Pancasila perlu dibentuk menjadi Ideologi ? Untuk apa kita bertengkar karena pancasila ? Bukankah dalam Pancasila menganjurkan kita untuk berdamai dengan adanya sila ke-3. Orang-orang yang merasa dirinya paling pancasila akan senang dengan hadirnya Badan Ideologi Pancasila atau BIP. Yang paling membingungkan bagi saya adalah bagaimana bisa Pancasila menjadi ideologi ?

Manusia diberi otak untuk berpikir serta kesadaran untuk merasakan sesuatu yang ada. Filsafat hadir untuk membuat manusia bertanya tentang yang ada. Pancasila hadir sebagai norma dasar bangsa Indonesia, menjadi sebuah dasar hukum dari segala hukum yang berlaku di Indonesia. Bolehkah seorang warga negara Indonesia mempertanyakan kembali makna setiap sila dari Pancasila. Dimulai dari sila pertama sampai ke lima.

Satu : Ketuhanan Yang Maha Esa

Sila ini tidak serta merta hadir seperti ini. Banyak perubahan yang dialami sila pertama. Pada awalanya sila pertama ini sangat dekat dengan agama mayoritas yang ada di Indonesia, yaitu Islam, kemudian diprotes atas dasar pendirian negara ini bukan hanya berdasarkan satu golongan. Akhirnya sila ini diubah menjadi sila yang universal.

Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, apa maknanya? Apakah Tuhan itu esa ? apa yang dimaksud dengan esa. Apakah ketika tidak meyakini adanya Tuhan bukan seorang yang pancasilais ? Banyak yang beranggapan bahwa Ketuhanan Yang Maha Esa itu adalah bahwa Tuhan itu tunggal, tidak jamak. Prinsip ketuhanan yang tunggal ini masih sering dilekatkan pada agama monoteisme.

Dikaji dari struktur padanan katanya, bahwa Ketuhanan adalah hal yang berhubungan dengan sifat Tuhan, salah satunya adalah sang pencipta. Maha adalah untuk sesuatu yang derajatnya sudah diatas segala-galanya. Saya tidak berencana untuk menyesatkan pikiran dengan logical fallacies, tapi saya bertanya tentang semua yang berhubungan dengan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Apakah Ketuhanan Yang Maha Esa akan tetap dijunjung tinggi ketika menjadi sebuah Ideologi Politik ? Entitas Tuhan sampai saat ini masih terus dicari bahkan dianggap tiada oleh para saintis. Tuhan bagi para saintis adalah sesuatu yang tinggi, yang manusia tidak dapat menemukan jawabannya. Tuhan sangat agung dan mulia.

Sila Kedua : Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab

Kemanusiaan sangat berhubungan dengan Hak Asasi Manusia. Di dunia Internasional, Hak Asasi Manusia sangat kental dipengaruhi oleh liberalisme. Sementara proses kemanusiaan di negara-negara asia termasuk Indonesia kerap mendapatkan teguran karena menyimpang dari kemanusiaan. Salah satunya adalah Hukuman Cambuk yang ada di Aceh. Apakah sila Kemanusian Yang Adil dan Beradab ini sebenarnya ?

Dapatkah manusia berperilaku adil ? Hukum yang dibuat manusia apakah sudah memenuhi rasa adil. Cita-cita Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab berbanding terbalik dengan data pelanggaran atas kemanusiaan pada saat pemerintahan periode orde baru. Sungguh ironi, Lalu paska orde baru, apakah pemerintahan sudah bebas dari pelanggaran Hak Asasi Mansusia. Pertanyaannya adalah bagaimana kasus Novel Baswedan menjadi penuh misteri ? bagaimana nasib para demonstran yang mati saat huru-hara hasil Pemilu ?

Sila Ketiga : Persatuan Indonesia

Menyebut kata persatuan membuat teringat akan peristiwa sumpah pemuda pada 28 Oktober 1928. Ketika itu para pemuda dari berbagai penjuru pelosok negeri menyatakan tekadnya untuk satu bahasa, darah dan perjuangan melawan kolonialisme. Hasil dari pada itu dimanifestasikan untuk menyatukan dari Aceh sampai Tanah Papua. Tapi kenapa timbul, OPM dan GAM ? mengapa Timor Leste lepas dari NKRI. Tidak kah bahwa persatuan sejatinya hanya imbuhan politis.

Sila Keempat : Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Perwakilan

Indonesia menjadi negara demokrasi yang memilih pemimpin dan wakil rakyat selama 5 tahun sekali. Para pemimpin dan wakil rakyat diharpakan menjadi sosok yang amanah. Tapi media selalu menampilkan fakta yang berkebalikan dengan sosok yang baik itu. Korupsi ditatanan eksekutif dan legislatif menjadi sorotan terheboh. Apakah artinya sila keempat ini bagi bangsa ini ?

Sila Kelima : Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Sepertinya semua orang yang mengkaji tatanan sosial di Indonesia tidak asing dengan frasa Kemiskinan Struktural. Proyek-proyek yang hanya menguntungkan segelintir orang bisa disebut kaum oligarki. Pertanyaan terkahir adalah bagaimana saya bisa menjelaskan sila kelima ini untuk orang terdekat saya kalau faktanya tidak ada ?

Tulisan ini hanya berisi pertanyaan, bukan jawaban. Jawaban akan didapat dengan sendirinya ketika kalian mampu menganalisis sosial mulai dari lingkup terkecil, seperti daerah anda. Terimakasih, tulisan ini bukan ditujukan untuk membelokan pikiran tapi untuk menanyakan kembali arti pentingnya sebuah landasan berpikir agar menepis anggapan tidak pancasilais dari orang terhadap diri kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun