Sila Kedua : Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
Kemanusiaan sangat berhubungan dengan Hak Asasi Manusia. Di dunia Internasional, Hak Asasi Manusia sangat kental dipengaruhi oleh liberalisme. Sementara proses kemanusiaan di negara-negara asia termasuk Indonesia kerap mendapatkan teguran karena menyimpang dari kemanusiaan. Salah satunya adalah Hukuman Cambuk yang ada di Aceh. Apakah sila Kemanusian Yang Adil dan Beradab ini sebenarnya ?
Dapatkah manusia berperilaku adil ? Hukum yang dibuat manusia apakah sudah memenuhi rasa adil. Cita-cita Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab berbanding terbalik dengan data pelanggaran atas kemanusiaan pada saat pemerintahan periode orde baru. Sungguh ironi, Lalu paska orde baru, apakah pemerintahan sudah bebas dari pelanggaran Hak Asasi Mansusia. Pertanyaannya adalah bagaimana kasus Novel Baswedan menjadi penuh misteri ? bagaimana nasib para demonstran yang mati saat huru-hara hasil Pemilu ?
Sila Ketiga : Persatuan Indonesia
Menyebut kata persatuan membuat teringat akan peristiwa sumpah pemuda pada 28 Oktober 1928. Ketika itu para pemuda dari berbagai penjuru pelosok negeri menyatakan tekadnya untuk satu bahasa, darah dan perjuangan melawan kolonialisme. Hasil dari pada itu dimanifestasikan untuk menyatukan dari Aceh sampai Tanah Papua. Tapi kenapa timbul, OPM dan GAM ? mengapa Timor Leste lepas dari NKRI. Tidak kah bahwa persatuan sejatinya hanya imbuhan politis.
Sila Keempat : Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Perwakilan
Indonesia menjadi negara demokrasi yang memilih pemimpin dan wakil rakyat selama 5 tahun sekali. Para pemimpin dan wakil rakyat diharpakan menjadi sosok yang amanah. Tapi media selalu menampilkan fakta yang berkebalikan dengan sosok yang baik itu. Korupsi ditatanan eksekutif dan legislatif menjadi sorotan terheboh. Apakah artinya sila keempat ini bagi bangsa ini ?
Sila Kelima : Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Sepertinya semua orang yang mengkaji tatanan sosial di Indonesia tidak asing dengan frasa Kemiskinan Struktural. Proyek-proyek yang hanya menguntungkan segelintir orang bisa disebut kaum oligarki. Pertanyaan terkahir adalah bagaimana saya bisa menjelaskan sila kelima ini untuk orang terdekat saya kalau faktanya tidak ada ?
Tulisan ini hanya berisi pertanyaan, bukan jawaban. Jawaban akan didapat dengan sendirinya ketika kalian mampu menganalisis sosial mulai dari lingkup terkecil, seperti daerah anda. Terimakasih, tulisan ini bukan ditujukan untuk membelokan pikiran tapi untuk menanyakan kembali arti pentingnya sebuah landasan berpikir agar menepis anggapan tidak pancasilais dari orang terhadap diri kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H