Mohon tunggu...
Irfan Suparman
Irfan Suparman Mohon Tunggu... Penulis - Fresh Graduate of International Law

Seorang lulusan Hukum yang hobi membaca dan menulis. Topik yang biasa ditulis biasanya tentang Hukum, Politik, Ekonomi, Sains, Filsafat, Seni dan Sastra.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi Kontemporer: Urbanisasi Sajak

22 Maret 2020   11:28 Diperbarui: 22 Maret 2020   11:52 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Thread Tidur Pulas

Saat melihat Instagram

Mengarungi gelombang instastory

Mulai dari yang hitam saja dengan lagu galau

Sampai sepasang kekasih yang memadu kasih

Di layar 478x748 pixel

Semakin larut dalam guliran instastory post-remaja

Akhirnya Tamat

Sepi

Hati masyarakat miskin kota kesepian

Jam 1 pagi akhirnya tiba

Dengan buku fyodor dostoyevski dibaca 10 halaman

Alhamdulillah masih sepi

Kemudian jam 2 malam

Lagu indie folk menemani

Dalam sunyi bikin instastory

Kata bijaknya Jalaludin Rumi

Oh Tuhan

Mereka kesepian

Betapa manusia dalam kesepian sejak jutaan tahun

Apakah Kau menerima doanya dengan lengkap ?

Seperti doa pada sepertiga malamnya

pada malam kemarin di Twitter

Hatinya sedih

Duka

Kadang gembira

Yang tahu hanyalah Engkau dan Twitter

Amin...

Tangerang, 2020

Kosan Sadar

Ruang 4x4
Ada mie instan
Dimasak lewat magiccom
Kasur TNI yang lapuk
Buku bacaan kiri yang berdebu
Kipas angin yang berdebu
Tiba-tiba 360 uang habis
Sisa nabati
Untuk sehari
Realita mahasiswa miskin kota
Yang memperjuangkan hak masyarakat miskin kota
Teriakan imperialisme, kapitalisme
Dalam keadaan lapar
Logo bintang kuning selalu mengibar
Sepatu docmart atau seventies
Musik punk minimal hardrock

Atapnya bocor
Mati lampu
Ruang 4x4 yang sunyi
Menyalakan lilin bagai
Pemuja babi
Tapi dia satanis
Kepala kambing yang dikalungi
Hell yeah
Kuota tinggal 125000 Kilo Bite
Streaming YouTube sampai
Jam 12 Malam

Tangerang, 2020

Hidup Sederhana

Malam ini hujan

Kota kebanjiran

Paginya kemacetan

Marah bertebaran

Instagram jadi sembahan

Doa dan harapan

Digaungkan

Lewat instastory harian

Bantuan datang

BPBD datang

Konsumsi terus-terusan

Pak Anies yang salah,

Pokoknya, dia yang salah

dimata masyarakat yang menonton TV LED

Dari reporter cantik TV One

Tangerang, 2020

Pengobati

Pada dinding yang mengurung

Menahan gejolak batuk di dada

Dulu ada heroin

Itu di Jerman

Tahun 1920-an di banned

Karena memiliki efek candu 4 kali

Dari morfin

Heroin obat batuk kelas bangsawan

Undang-Undang No. 35 Tahun 2009

Menempatkannya pada golongan pertama

Tapi nyeri masih tak tertahankan

Rasanya seperti menabrak-nabrak

Suara screamo batuk

Kelas sosial tahun 2020 mengobatinya

Dengan meminum Mixagrip

Campuran Paracetamol, Dekstrometorfan HBr dan Pseudoefedrin

Satu kaplet 4 butir dalam seharian penuh

Meredakan dan menenangkan kegelisahan

Buruh shift 2 yang sedang batuk

Tangerang, 2020

Yang Maha Melihat

Kepada Tuhan Instagram

Telah ku berikan sesajen

Berupa Banjir

Xi Bo Baa

Filter aneh

Minum

Teguk

Janji Jiwa

Dua potong ayam Recheese Factory level 5

Aku juga telah memasak makanan di restoran a la Jepang

Aku juga memenuhi ritualMu

Pergi naik sepeda di kota besar saat malam

Menonton konser .Feast dan Hindia

Upload idol K-Pop

Aku juga mengikuti hari raya besar

Seperti datang ke DPR pada tanggal 24 September 2019 untuk meminta pertolongan dengan doa "Selengkanganku di perkosa pemerintah".

Maaf

Kadang Tik-tok adalah rekreasi umat urban, Tuhan.

Aku lupa menyembahmu kadang-kadang

di depan layar 478x748 pixel

Retinaku menghayati setiap esensi dari thread di Twitter

Lalu aku kembali padaMu

1500 story hari lalu telah ku habiskan dari 800 akun masyarakat kelas menengah atas bawah.

Tangerang, 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun