Mohon tunggu...
Irfan Suparman
Irfan Suparman Mohon Tunggu... Penulis - Fresh Graduate of International Law

Seorang lulusan Hukum yang hobi membaca dan menulis. Topik yang biasa ditulis biasanya tentang Hukum, Politik, Ekonomi, Sains, Filsafat, Seni dan Sastra.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dongeng Distopia: Kebakaran Hutan, Si Kancil, Covid-19, dan Cyborg

20 Maret 2020   08:43 Diperbarui: 20 Maret 2020   08:51 451
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada awalnya saya kira dongeng hanyalah cerita untuk anak-anak kecil supaya bisa tidur pulas. Tapi kini saya menyadari anak remaja, orang dewasa bahkan orang tua pun masih membutuhkan dongeng atau sebagai hiburan belaka. Yang paling asik bagi saya waktu dulu, yaitu didongengkan oleh orang tua saya. Sehingga sampai saat ini perlulah orang tua mendongengkan anaknya sebelum tidur, bukan membiarkannya anaknya larut dalam game sebelum tidur.

Dongeng identik dengan cerita rakyat atau folklore. Istilah dongeng itu sendiri menurut KBBI adalah cerita yang tidak benar-benar terjadi (terutama tentang kejadian zaman dulu yang aneh-aneh.) Dapat saya mengerti bahwa dongeng adalah sebuah cerita yang lahir turun temurun dari zaman pra-aksara sampai aksara yang berisi cerita diluar logika dan penuh nilai dan moral sosial. Artinya dongeng diwariskan melalui lisan sampai pada akhirnya ia termasuk kedalam sastra lisan.

Dalam masyarakat kota atau urban society sudah jarang sekali orang tua yang peduli dengan dongeng, ia lebih tertarik dengan kehidupan realitas seperti kondisi USD saat ini, beras naik, berita kasus narkoba artis sampai perseteruan politik. 

Masyrakat kota didominasi oleh kelas pekerja sehingga eksistensi dongeng dikalangan mereka hampir tidak ditemui, karena kesibukan dan kepenatan kota yang begitu padat. Hanya lewat pendidikan lah anak-anak mereka bisa mengenal cerita aneh itu, padahal perlu adanya sentuhan dari orang tua supaya anak dapat merasakan emosi yang sejak dulu ada.

Bertepatan dengan hari dongeng yang jatuh pada tanggal 20 Maret ini, di tahun ini 2020 kita semua mengingat kejadian pada abad ini yang begitu besar yaitu Pandemi Covid-19. Pandemi adalah wabah yang melebar luas tanpa batas-batas geografi. Semua masyarakat diharapakan tenang dan diam di rumah supaya mencegah penularan Covid-19 melalui interaksi sosial. 

Dimasa depan, saat Siber menyatu dengan organisme semua akan menceritakan bahwa pada abad 21 orang tua kami pernah merasakan ketakutan luar biasa dan pembatasan kebebasan secara masal. Dan semuanya menunggu vaksin seperti menunggu godot serta mereka akan menceritakan tentang hari dimana mereka harus beribadah di rumah dan tidak boleh melakukan ibadah di tempat ibadah. Dan semua itu akan dibuat-buat seaneh mungkin dan jauh dari realitas sesungguhnya.

Kemajuan zaman tidak bisa dihentikan, semua kemajuan diprediksi pada kehancuran. Atau cerita tentang kiamat yang selalu meningkatkan ketakutan manusia pada masa depan, tidak ada yang dapat menghentikan masa depan. Menuju ruang yang penuh dengan algoritma. Apakah eksistensi dongeng akan tetap ada sebagai media untuk menceritakan cerita aneh pada zaman dahulu ? 

Semua itu masih mungkin dengan algoritma. Mungkin ada robot yang dirancang khusus untuk menjadi pendongeng bagi anak-anak kecil.
Di masa depan juga akan diceritakan bagaimana orang tua mereka melewati kiamat 2012, kebakaran hutan, serta tsunami besar, bom atom, 

Konspirasi Rothschild sampai pada tumbangnya Uni Soviet.

Semua masyarakat Indonesia setuju kalau binatang yang suka mencuri Ketimun adalah Si Kancil dan anak durhaka adalah Malin Kundang yang dikutuk jadi batu. Peran cerita rakyat dalam membentuk perilaku sangatlah penting, oleh karena itu eksistensi dongeng harus dipertahankan dan jangan sampai cerita yang moralnya sudah dibentuk ini di dekonstruksi menjadi absurd. Karena semakin majunya zaman, maka semakin mundur pula perilaku manusia. Jangan lupa ceritakan Si Kancil kepada anakmu, adikmu, ponakanmu. Selamat Hari Dongeng 2020.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun