Mohon tunggu...
Irfan Suparman
Irfan Suparman Mohon Tunggu... Penulis - Fresh Graduate of International Law

Seorang lulusan Hukum yang hobi membaca dan menulis. Topik yang biasa ditulis biasanya tentang Hukum, Politik, Ekonomi, Sains, Filsafat, Seni dan Sastra.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Distopia, Sains Mengubah Agama Menjadi Agama Data

14 Maret 2020   18:04 Diperbarui: 14 Maret 2020   18:12 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perkembangan zaman membawa manusia pada sebuah peradaban saintifik. Evolusi terus berlanjut, dari zaman manusia memburu, bercocok tanam, mengumpulkan kekayaan sampai menciptakan imperium-imperiumnya. 

Manusia terus berpikir bagaimana caranya agar tetap menjadi penguasa makhluk lainnya. Mungkin yang dimaksud khalifah dalam Islam adalah Homo Sapiens menjadi satu-satunya genus homo yang tetap eksis hingga saat manusia mulai mempelajari projek imortalitas dan sibernetik organisme. 

Saat dimana sains merevolusi semuanya termasuk agama yang pada akhirnya menciptakan agama baru, yaitu 'Agama Data'. Perkembangan ini mungkin membawa manusia pada sebuah dunia penuh data-data dan mengabdi serta berserah diri pada data. Kenyataannya sains sudah sedemikian itu bergerak menuju kehidupan manusia yang rasional dan empirik. 

Lalu apakah agama-agama lama akan tetap eksis seiring perkembangan sains yang semakin maju tanpa ada yang bisa memberhentikan, mungkin ada. Siapa ? Jawabannya hanya Tuhan yang mengetahui.

Akhir-akhir ini di Indonesia mau di dunia manapun sering ditemui kasus-kasus intoleransi. Padahal banyaknya organisasi berbasis agama telah berkembang di Indonesia yang semuanya menawarkan jalan kebenaran dan keselamatan, akan tetapi tidak ada satupun yang mampu menciptakan dunia yang tentram. 

Agama berkembang  seiring perkembangan Revolusi Pertanian, perang serta konflik kerap kali ditimbulkan oleh Agama. Manusia menyebutnya Perang Suci. Perang agama yang paling terkenal dalam sejarah kebudayaan umat manusia beragama adalah Perang Salib. Lalu akankah intoleransi, konflik agama, perang dapat berakhir dengan sains dan agama datanya. 

Kenyataannya ya, semua orang takut dengan penemuan manusia bernama Bom Atom atau Senjata Nuklir. Mereka semua lebih takut dengan itu ketimbang apa yang diramalkan kitab suci mereka. Yang menjadi saksi adalah Alamogordo, 16 Juli 19445, 05.29.53. 

Bom atom pertama diledakan. Sejak saat itu perang mulai berangsur berakhir dan peradaban melaju membuka bangsa-bangsa untuk merdeka kemudian Indonesia menulisnya dalam pembukaan Undang-Undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada alinea pertama.  

Akan tetapi sains dimenangkan oleh kapitalisme, dimana sains malah menciptakan kesenjangan sosial yang begitu tinggi. Selama revolusi sains berlangsung manusia akan tetap berada pada hirarki sosial dan kesetaraan berakhir pada imajinasi.

Yang menang adalah yang berkuasa. Kalimat itu tetap setia sampai saat kapitalisme memenangkan peradaban. Lalu yang kalah apakah akan menyerah dengan sendirinya. 

Yang kalah adalah komunisme, ia menyaksikan bagaimana kapitalisme menciptakan keserakahan pada sains dan suatu saat nanti mereka akan lumpuh dengan sendirinya. 

Setidaknya Karl Marx akan tertawa bahagia dan menjadi bebas di dunia lain yang entah apa namanya, yang pasti jauh. Keberadaan masyarakat kelas bawah yang membuat masyarakat kelas atas menciptakan kultur harus ada manusia yang melebihi manusia lain. Nazi sangat gila-gilaan dengan sains, Hitler meyakini bahwa  ras arya lah yang memiliki kemampuan unggul dengan ras yang lain. 

Dengan mengambil konsep ubermansch dari Nietzsche yang oleh Hitler dijadikan alat untuk mensupremasi ras arya. Saat ini manusia sedang menciptakan organisme baru yang oleh Yuval Noah Harari disebut Homo Deus atau manusia dewa. 

Maksudnya adalah manusia yang memiliki kemampuan lebih dari manusia biasa. Dalam deskripsinya mungkin masyarakat Indonesia pernah menonton di film Dono, Kasino, Indro yang berjudul "Manusia 6.000.000 Dollar" yang diproduksi pada tahun 1981.  Saat ini manusia telah mengembangkan Cyborg.

Cyborg adalah kependekan dari cybernetic organism. Atau dalam bahasa indonesia disebut sibernetik organisme. Cyborg adalah sebuah sebuah hal dengan bagian tubuh organik sekaligus biomekatronik. 

Istilah tersebut dicetuskan pada tahun 1960 oleh Manfred Cylness dan Nathan S. Kline[3]. Bayangkan saja ide itu sudah ada sejak 1960 dimana kala itu sedang ada perang dingin Amerika dengan Uni Soviet. 

Masing-masing memiliki ambisi terhadap sains akan tetapi Soviet runtuh dan kapitalisme tumbuh kuat. Ide cyborg akan terus berkembang dan homo deus akan termanifestasikan tidak lama lagi dan mungkin akan menguasai genus homo dan memusnahkan homo sapiens.

Kacau balau kehidupan dunia dengan sistem dimana manusia menyatu dengan dirinya sendiri dan tidak ada yang berkuasa atas kebebsan individu. Apakah kalimat yang kuat yang bertahan masih tetap relevan. 

Mereka tidak lain tidak bukan adalah organisme yang dipenuhi oleh algoritma dan data-data eksternal akan tetap percaya dan meyakini bahwa kehidupan didunia ada yang mengatur, siap? Yaitu pemberi data. Tuhan mereka. 

Kehendak bebas akan hilang digantikan data dan pemrosesan elektrokimiawi dalam otak yang dibentuk oleh susunan genetik tertentu oleh susunan tertentu, yang merefleksikan tekanan-tekanan evolusi kuno bercampur dengan mutasi-mutasi kebetulan. Semua itu karena ada data-data.

Agama akan menjadi data, data akan menjadi agama. Ideologi sudah termasuk didalamnya. Karena dalam dataisme mendeklarasikan bahwa alam semesta terdiri dari aliran data, dan nilai setiap fenomena atau entitas ditentukan oleh kontribusinya pada pemrosesan data.  

Dalam hal demikian bisa kita simpulkan bahwa alam semesta terdiri dari data-data, lalu setiap fenomena seperti terbentuknya bumi adalah hasil dari pemrosesan data-data. Yaitu data yang dihasilkan oleh ledakan data. Data yang dimaksud adalah partikel dan pemrosesan tersebut adalah sains.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun