Mohon tunggu...
Irfan Suparman
Irfan Suparman Mohon Tunggu... Penulis - Fresh Graduate of International Law

Seorang lulusan Hukum yang hobi membaca dan menulis. Topik yang biasa ditulis biasanya tentang Hukum, Politik, Ekonomi, Sains, Filsafat, Seni dan Sastra.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Revolusi, Populisme, dan Hegemoni Cyber Army

9 Juni 2019   01:54 Diperbarui: 9 Juni 2019   01:57 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tulisan ini dibuat sebelum Pilpres ya gan.....

Apa yang kita ketahui tentang kata 'Revolusi' selain pergolakan massa yang besar. Revolusi juga bisa berartikan perubahan secara cepat. Apa yang disebut revolusi sudah disepakati oleh para ahli, bahwa revolusi merupakan gerakan yang menuntut perubahan. Negara Perancis dengan tiga kata fenomenalnya sudah mengalami beberapa kali Revolusi. Liberte, egalite, fraternite menjadi sejarah yang kelam bagi Perancis.

Indonesia beberapa kali mengalami revolusi meski namanya reformasi tetap saja yang ada dipikiran masyarakyat adalah revousi. Menarik makna revolusi di penghujung tahun 2018, di abad ke-21 ini, revolusi terus-terusan terjadi ketika melihat Yunani runtuh karena krisis moneter dan betapa pedihnya warga negara Venezuela harus berjuang melawan inflasi satu juta persen.

Mungkin hanya ada satu kata 'Revolusi'. Kini Perancis dengan sebutan nama Rompi Kuning, Indonesia dengan 212-nya dan Malaysia dengan 812.  Apa yang menyebabkan pergerakan massa begitu cepat menyebar ke masyarakat. Ini semua disebut Populisme.

Mengapa kita harus menyebutnya populisme, karena pada dasarnya populisme ini berhuungan erat dengan masyarakat. Yang menjadi persoalan mengapa gerakan ini berkembang pesat dan pada akhhirnya gerakan ini menjad kendaraan para politikus untuk menuju kursi dimana ia bisa melanggengkan kekuasaan.

Populisme identiik dengan negara demokrasi, namun sayangnya belum terlalu banyak literatur mengenai populisme. Tapi saya bisa mendefinisikan populisme sebagai pergerakan massa yang bertujuan untuk menuntut hak-hak rakyat atas kekuasaan. Ada rakyat, ada kekuasaan maka ada populisme. Populisme di sini tidak ada kaitannya dengan popart. Lahirnya semangat populisme adalah karena adanya kepentingan.

Bukan suatu kebetulan Rompi Kuning berhasil membatalkan kebijakan Presiden yang ingin menaikan harga BBM, pajak, dan lain-lain. Kejadian tersebut sudah pasti dijembatani oleh cyber-cyber army yang ada di Perancis. Seperti di Indonesia, Cyber Muslim Army dengan berbagai akun mujahid lainnya telah sukses menggulingkan kekuasaan Ahok di Jakarta. Hegemoni media sosial sangat berkaitan dengan gerakan populisme.

Media sosial membuatkan suatu penyadaran bagi para netizen melalui paham-paham yang mereka beri. Biasanya para army menyebarkan hoax dan memenggal perkatan orang-orang penting. Kalau di Perancis jelas berbeda, mereka dibentuk oleh semangat egalite, liberte dan fraternite itu. Jadi, sudah tidak asing dengan revolusi karena masyarakat disana memiliki kesadaran yang sama

Pada Tahun 1998, masyarakat Indonesia bergolak melawan rezim Soeharto karena mereka merasakan hal yang sama. Dan kini 2018, para army mencoba menyadarkan masyarakat melalui paham-paham atau isu-isu dengan media sosial sebagai transportasi ke alam bawah sadar masyarakat. Lagi heboh kata-kata rezim dzolim. Masyarakat seolah dibawa ke-abad kegelapan. Abad kegelapan adlah abad tentang dominasi gereja dalam membangun pola pikir masyarakat.

Instagram adalah media sosial terbesar yang dipakai oleh masyarakat Indonesia. Ia bisa menyebarkan video. Dengan explore kita bisa melihat jenis video yang sama selama kitta scroll ke bawah. Gerakan peduli bencana juga akhirnya menjadi gerakan populisme dan gerakan itu tidak terlepas dari peran media sosial yang pada akhirnya menjadi gerakan secara sadar manusia sebagai mahkluk sosial. Hal negatifnya, gerakan ini bisa dimanfaatkan oleh orang yang tidak bertanggung jawab dengan mencari keuntungan pribadi.

Sekian dan terimakasih

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun