Tetapi, menjadi tanggung jawab bersama untuk menghilangkan bentuk-bentuk stigmatisasi atau terfragmentasi bahwa Islam selalu identik dengan radikalisme, persepsi tersebut sangat jauh dari kata benar. Artinya, paradigma yang berkembang di masyarakat kebanyakan Islam yang selalu tersudutkan.
Usaha preventif ke depannya perlu dilakukan secara lebih masif dan simultan. Sehingga, kecurigaan-kecurigaan masyarakat pun hilang. Jangan sampai, semua pihak selalu bersikap tendensius dalam menghadapi fenomena paham radikalisme ini.Â
Oleh karena itu, patut untuk kita pertanyakan bahwa mengapa paham-paham tersebut bisa terjadi? Berpikir positif saja tidak cukup, ini bukan pekerjaan mudah untuk di jawab. Namun, sebagai asumsi dasar adalah kita perlu pertanyakan mengenai tentang kepastian hukum dan keadilan yang terjadi di negeri ini.
Oleh sebab itu, pancasila bukan saja dijadikan sebagai slogan-slogan loyalistik. Kita tidak cukup hanya meneriakkan "NKRI HARGA MATI", tanpa sikap dan orientasi yang jelas pasti semuanya akan sia-sia. Sikap dan perilaku itu, justru harus tercermin dalam implementasi kehidupan berbangsa dan bernegara dengan mengedepankan sikap-sikap religius yang benar, kemandirian, integritas, serta gotong royong.