Mohon tunggu...
Irfan Soleh
Irfan Soleh Mohon Tunggu... -

Bermimpi ingin jadi Pebisnis, Akademis dan Kiai. Pegiat Ekonomi dan Bisnis Syari'ah.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Perusahaan Keluarga; Transform or Die!

20 April 2014   16:46 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:26 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Tahukah anda bahwa negara-negara besar seperti Jepang, Jerman, Inggris, Amerika Serikat memiliki perusahaan keluarga yang melampaui usia 100 tahun bahkan ada yang lebih dari 300 tahun?  Mau tau gimana caranya agar perusahaan keluarga anda bisa bertahan dari generasi ke generasi? Yuk kita intip jawabannya dengan mengulas karya Nyoman Marpa yang berjudul Perusahaan keluarga; sukses atau mati!

Banyak sekali asumsi negatif yang melekat pada perusahaan keluarga seperti perusahaan yang tidak profesional, penuh dengan konflik, one man show sampai diskriminasi terhadap non anggota keluarga didalam operasionalnya. Perlu upaya keras dan kerja cerdas untuk membangun dan mengembangkan perusahaan keluarga sehingga segala stigma negatif tersebut bisa dihilangkan.

Lantas apa yang mesti kita lakukan? Jim Collins dalam bukunya Good to Great mengatakan bahwa prinsip dasar mengubah sesuatu mulailah dari manusia-nya. Perusahaan keluarga tidak akan bisa bertransformasi kalau manusianya masih terkungkung oleh pandangan dan paradigma lama. Ketika rencana perubahan digaungkan, segala strategi dikerahkan, tetap saja akan susah di implementasikan kalau anggota keluarga yang lain belum mau dan belum faham roadmap perubahan yang diinginkan. Disini perlu dibentuk yang namanya family council.

Family council merupakan sebuah wadah informal dimana semua anggota keluarga bisa berkomunikasi bertukar fikiran membahas persoalan keluarga dan perusahaan. Hal ini bisa dilakukan ketika ada makan bersama atau acara keluarga lainnya. Wadah informal ini dilakukan dalam rangka mengumpulkan saran-saran sehingga terciptalah keputusan-keputusan keluarga terkait dengan prospek pengembangan perusahaan.

Namun kegagalan dalam menyelaraskan kepentingan antar anggota keluarga itu sering terjadi, sehingga konflik pun tak bisa dihindarkan. Para ahli mengistilahkannya dengan work-family conflict, konflik ini sangat berbahaya dan sering disebut sebagai mortal combat zone (zona pertempuran yang mematikan) karna bukan hanya mengancam eksistensi perusahaan tapi juga akan merenggut keharmonisan keluarga.

Konflik pada perusahaan keluarga biasanya disebabkan oleh 3 hal; pertama, ketidakseimbangan waktu yang dicurahkan oleh masing-masing anggota keluarga pada perusahaan. Kedua, perbedaan prilaku dan kinerja masing-masing anggota keluarga dan ketiga, tidak samanya tensi atau irama pada perusahaan dan irama yang berlaku di keluarga.

Bagaimana cara mengatasinya? Nyoman Marpa mengatakan bahwa keluarga harus memiliki aturan (family governance) dan seluruh anggota keluarga harus patuh pada aturan yang ada. Perusahaan juga harus punya aturan (corporate governance) dan semua pihak harus punya komitmen terhadap aturan-aturan tersebut. Setelah family Council dan family governance terbentuk, barulah kita bisa menyusun rencana strategis perusahaan keluarga dengan menerapkan tahapan-tahapan strategy cycle.

Apa saja tahapannya? Yang pertama, adanya komitmen dan visi keluarga terhadap masa depan perusahaan. Kedua, melakukan pengkajian terhadap posisi maupun kesehatan perusahaan dengan memperhatikan semua faktor bisnis baik faktor internal maupun eksternal perusahaan. Ketiga, adanya dukungan penuh dari semua anggota keluarga. Keempat, memilih bisnis mana dan strategi apa yang akan ditempuh. Kelima, konfirmasi ulang keinginan2 keluarga dan sumber daya yang dimiliki oleh keluarga dan terakhir barulah arah strategis perusahaan dengan roadmapnya disepakati dan menjadi komitmen bersama antara keluarga dan perusahaan.

Pada intinya keharmonisan keluarga menjadi faktor penentu keberlangsungan perusahaan keluarga! Semoga kita bisa meneladani perusahaan keluarga yang berumur hingga ratusan tahun dan bisa bertahan dari generasi ke generasi ! Semoga....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun