Mohon tunggu...
Financial

Pemanfaatan Potensi Lokal Ampas Tebu Menjadi Keripik sebagai Upaya Meningkatkan Kesejahteraan dan Perekonomian Keluarga

15 Februari 2019   09:16 Diperbarui: 15 Februari 2019   10:05 2903
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Kurang baiknya sanitasi akibat sulitnya penyediaan air sebagian besar kota di Indonesia menggunakan air sungai/air pernukaan lain sebagai sumber air baku untuk air bersih. Bila air permukaan tercemar limbah ampas tebu, otomatis penyediaan air akan terganggu. Terganggunya penyediaan air akan berakibat pada buruknya sanitasi. Perlu dilakukan pengelolaan lingkungan untuk meminimalisir dampak.

Disini dibuatlah suatu inonasi yang diberi nama KrisBu (Keripik Ampas Tebu) yaitu keripik yang berbahan dasar ampas tebu. Limbah ampas tebu yang kami gunakan yaitu ampas tebu yang berasal dari limbah pabrik gula yang ditujukan untuk menambah nilai guna ampas tebu yang umumnya dianggap sebagai sampah namun ternyata memiliki potensi peluang usaha yang besar. Selain itu ampas tebu juga memiliki kandungan selulosa 52,7% (Samsuri. at al.,2007) yang baik bagi kesehatan yaitu memperlancar pencernaan.

Serat pangan, dikenal juga sebagai serat diet atau dietary fiber, merupakan bagian dari tumbuhan yang dapat dikonsumsi dan tersusun dari karbohidrat yang memiliki sifat resistan terhadap proses pencernaan dan penyerapan di usus halus manusia serta mengalami fermentasi sebagian atau keseluruhan di usus besar. Jadi serat pangan merupakan bagian dari bahan pangan yang tidak dapat dihidrolosis oleh enzim-enzim pencernaan. Sayur-sayuran dan buah-buahan merupakan sumber serat pangan yang sangat mudah ditemukan dalam bahan makanan. 

Akhir-akhir ini adanya perubahan pola konsumsi pangan di Indonesia menyebabkan berkurangnya konsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan hasil penelitian dan kajian diikuti juga terjadinya pergeseran atau perubahan pola penyakit pernyebab mortalitas dan morbiditas di kalangan masyarakat, ditandai dengan perubahan pola penyakit-penyakit infeksi menjadi penyakit-penyakit degeneratif dan metabolik. 

Secara nyata dialami oleh masyarakat perkotaan yang sebagian masyarakatnya begitu sibuk dan cenderung mengkonsumsi makanan siap saji, dan terjadi pergeseran pola makan dari tinggi karbohidrat, tinggi serat, dan rendah lemak ke pola konsumsi rendah karbohidrat, rendah serat, tinggi lemak dan tinggi protein. Hal inilah yang menyebabkan tingginya kasus penyakit seperti jantung koroner, kanker kolon (usus besar), dan penyakit degeneratif  lainnya di Indonesia (Agus Santososo, 2011).

Meskipun tidak mengandung zat gizi, serat pangan menguntungkan bagi kesehatan. Beberapa peneliti dan penulis Olwin Nainggolan dan Coenelis Adimunca, (2005); Sutrisno Koswara (2010); Tensiska (2008); Jansen Silalahi dan Netty Hutagalung (2010); Anonim (2010a); Anonim (2010b); Anik Herminingsih (2010), mengemukakan beberapa manfaat serat pangan (dietary fiber) untuk kesehatan yaitu :

l. Mengontrol berat badan atau kegemukan (obesitas)

Serat larut air (soluble fiber), seperti pektin serta beberapa hemiselulosa mempunyai kemampuan menahan air dan dapat membentuk cairan kental dalarn saluran penceflman. Sehingga makanan kaya akan serat, waktu dicema lebih lama dalam lambung, kemudian serat akan menarik air dan memberi rasa kenyang lebih lama sehingga mencegah untuk mengkonsumsi makanan lebih banyak. Makanan dengan kandungan serat kasar yang tinggi biasanya mengandung kalori rendah, kadar gula dan lemak rendah ya ng dapat membantu mengurangi terjadinya obesitas.

2. Penanggulangan Penyakit Diabetes

Serat pangan mampu menyerap air dan mengikat glukosa sehingga mengurangi ketersediaan glukosa. Diet cukup serat juga menyebabkan terjadinya kompleks karbohidrat dan serat, sehingga daya cema karbohidrat berkurang. Keadaan tersebut mampu meredam kenaikan glukosa darah dan menjadikannya tetap terkontrol.

3. Mencegah Gangguan Gastrointestinal

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun