Mohon tunggu...
Irfan SetiaBudi
Irfan SetiaBudi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Unej

Mahasiswa Unej yang sedang melakukan KKN di Desa Perante

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

KKN BTV III: Tingkat Kreativitas Pelajar Desa Perante Menurun Selama Masa Pandemi Civid 19

30 Agustus 2021   22:27 Diperbarui: 30 Agustus 2021   22:34 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Virus Covid 19 sekarang ini menjadi perbincangan di mana-mana. Tidak hanya di Indonesia, tetapi negara lain juga mengalami dampaknya. Covid 19 ini sudah banyak menelan korban di seluruh penjuru dunia termasuk Indonesia. Pemerintah Indonesia sudah mengupayakan segala cara untuk memutus rantai penyebaran. Salah satunya dalam sektor pendidikan ialah pembelajaran daring.

Pandemi Covid 19 ini menjadikan ruang gerak pelajar dibatasi, sehingga keakraban guru dengan murid menjadi turun. Jaringan internet menjadi penting untuk pembelajaran daring, sudah seperti kebutuhan sehari-hari. Dibalik itu juga memunculkan masalah baru bagi anak yang tinggal di wilayah ekonomi menengah kebawah dan minim internet seperti Desa Perante.

Desa Perante, yang terletak di Kecamatan Asembagus. Dengan luas wilayah 466,429 yang terdiri dari tiga bagian yaitu utara, tengah dan selatan. Terdapat 1.535 kepala keluarga dengan ekonomi menengah ke bawah. Balai desa Perante terletak di Perante Tengah, sebelah selatan masjid Mujahidin.

Desa Perante miliki 3 Sekolah, dua SD dan satu MI, salah satu SD yang tertinggal ialah SD 2 Perante. SD 2 Perante memiliki kendala ialah orang tua yang memiliki okonomi menengah ke bawah dan kurangnya pengetahuan orang tua terhadap internet, ditambah minimnya internet. 

Minimnya internet membuat orang tua murid kesulitan dalam mengakses materi, dengan hal tersebut anak sangat sulit untuk memahami materi yang diberikan. 

Orang tua mempunyai tugas tambahan seperti mendampingi anak selama pembelajaran berlangsung, ditambah orang tua harus  mendownload video yang diberikan. Ketersediaan kouta orang tua terbatas, membutuhkan biaya yang cukup mahal.

Permasalahan tersebut menjadi sangat penting bagi orang tua dan pelajar, sedangkan orang tua mereka berpenghasilan dibawah rata-rata. Sehingga ini menjadi beban bagi orang tua yang ingin anaknya tetap mengikuti pembelajaran daring. 

Banyak di sosial media beredar video orang tua yang memarahi anaknya pada saat pembelajaran daring, karena anaknya sulit memahami materi yang diberikan. Orang tua mengajar anak di rumah sangat berbedah dengan guru yang mengajar, salah satunya dari segi penyampaiannya ke anak.

Pada saat ini, kurang tepat rasanya guru mengajar menggunakan aplikasi Zoom Metting di SD 2  Perante, karena Aplikasi Zoom membutuhkan sinyal yang stabil sedangkan pada wilayah yang minim internet ini menjadi tidak tepat. 

Hal yang paling mudah dilakukan oleh guru dengan menggunakan aplikasi Whatsapp. Aplikasi Whatsapp sangat tetap untuk digunakan, aplikasinya simpel dan mudah diakses oleh pelajar. Hanya dengan mengirim ke grup Whatsapp, pelajar tidak harus waktu itu juga mengaksesnya dan pelajar bisa langsung menanyakan ke guru bila ada materi yang belum dipahami.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun