Mohon tunggu...
IrfanPras
IrfanPras Mohon Tunggu... Freelancer - Narablog

Dilarang memuat ulang artikel untuk komersial. Memuat ulang artikel untuk kebutuhan Fair Use diperbolehkan.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Prediksi: Inggris Tak Akan Melangkah Jauh di Euro 2020

7 Juni 2021   10:01 Diperbarui: 11 Juni 2021   08:12 779
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Howard Wilkinson (pojok kiri) dengan trofi Divisi 1 musim 1992 yang ia menangkan di Leeds United. | foto: by Howard Walker via leeds-live.co.uk

Tim nasional Inggris tergabung dalam Grup D Euro 2020. The Three Lions akan berjumpa dengan Kroasia, Skotlandia, dan Republik Ceko di babak grup. Seharusnya mudah bagi mereka untuk lolos dari babak awal tersebut. Namun, Inggris akan sulit melangkah jauh di babak selanjutnya.

Menjadi unggulan di setiap turnamen yang diikuti. Itu sudah jadi takdir tim nasional Negeri Ratu Elizabeth. Iya, unggulan. Namun, saat turnamen berlangsung, takdir bisa berubah 180 derajat. Inggris bukan lagi unggulan atau favorit, melainkan sekadar penantang.

Menurut hemat saya, ada 3 penyakit kronis dalam tubuh timnas Inggris yang dari dulu hingga sekarang belum juga punya obat penawarnya. Pertama, ketiadaan pelatih mumpuni. Kedua, media atau pers yang jahat. Ketiga, pelatih Inggris yang selalu berusaha menyenangkan semua pihak.

Mari kita bedah satu persatu agar Anda tidak salah sangka dengan prediksi saya.

Pertama, ketiadaan pelatih mumpuni dalam timnas Inggris. Adakah pelatih top dunia era sekarang yang berkebangsaan Inggris? Begini saja, kapan terakhir kali pelatih asli Inggris mampu membawa klubnya juara Liga Primer Inggris? Atau, adakah pelatih asli Inggris yang melatih klub top di negaranya sendiri?

Ya, Inggris tidak punya pelatih yang memenuhi kualitas tersebut kawan. Terakhir kali pelatih Inggris meraih juara di negerinya sendiri terjadi pada musim 1991/1992. Adalah Howard Wilkinson yang menjuarai Liga Inggris bersama Leeds United. Masalahnya, itu terjadi sebelum era Premier League.

Howard Wilkinson (pojok kiri) dengan trofi Divisi 1 musim 1992 yang ia menangkan di Leeds United. | foto: by Howard Walker via leeds-live.co.uk
Howard Wilkinson (pojok kiri) dengan trofi Divisi 1 musim 1992 yang ia menangkan di Leeds United. | foto: by Howard Walker via leeds-live.co.uk
Lalu, musim kemarin saja, klub-klub papan atas Inggris takaada yang dilatih orang Inggris. Liverpool dan Chelsea dilatih Jurgen Klopp dan Thomas Tuchel, orang Jerman. Manchester City punya Pep Guardiola, orang Spanyol, sama seperti Mikel Arteta di Arsenal. MU dilatih mang Ole, beliau orang Norwegia. Cuma Spurs yang dilatih orang Inggris, yakni Ryan Mason, tapi statusnya hanya interim alias sementara.

Tak seperti negara klub top dunia lainnya, suka tidak suka, Inggris tak punya pelatih yang punya level tinggi. Mereka juga tak punya sekolah kepelatihan yang terpandang. Untuk urusan pelatih, Negeri Ratu Elizabeth ini memang jauh tertinggal dari Prancis, Portugal, Belanda, Italia, Spanyol, apalagi Jerman.

Pelatih The Three Lions saat ini adalah Gareth Southgate. Untungnya, Southgate bisa membawa Inggris juara 4 Piala Dunia dan juara 3 Nations League 2019. Tetapi, tak ada yang mengenal baik beliau sebelumnya. Sebetulnya, kualitas pelatih bisa sedikit dikesampingkan. Lagipula, Inggris tidak kolot, mereka terbuka dengan pelatih asing, tak seperti beberapa negara Eropa yang pelatihnya harus lokal.

Gareth Southgate | foto: Clive Rose/Getty Images via 90min.com
Gareth Southgate | foto: Clive Rose/Getty Images via 90min.com
Inggris dulu pernah punya Sven-Goran Eriksson. Anak sekarang mungkin tak tahu beliau, tapi Erikson adalah pelatih yang sukses membawa Lazio juara Piala Super Eropa dan mendominasi Italia di akhir era 90an hingga awal 2000an. Eriksson bukan orang Inggris, dia orang Swedia. Kualitas jelas jempolan, tapi apa hasilnya? Nihil.

Inilah masalah klasik Inggris. Skuad tiga singa kurang apa sih? Liga mereka terbaik di dunia. Pemain top berlimpah. Tetapi, mengapa mereka gagal? Kembali soal kualitas pelatih, tak perlu menunjuk pelatih top dunia dengan kualitas nomor wahid. Inggris cukup dilatih pelatih yang paham gaya main anak asuhnya dan yang terpenting bisa menyatukan skuad.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun